Ternyata, Salah Satu Peneliti Vaksin Kanker Serviks Itu Orang Indonesia

Ternyata, Salah Satu Peneliti Vaksin Kanker Serviks Itu Orang Indonesia
Richard Rianto Rustandi. Foto: Ken Girsang/JPNN

Namun bahaya virus tersebut kini telah dapat diantisipasi. Vaksin HPV quadrivalent menurut Richard dapat merangsang pembentukan respon imun dalam tubuh untuk melawan HPV dan memberikan perlindungan lebih lengkap terhadap kanker serviks dan penyakit yang diakibatkan virus HPV lainnya. Baik itu kutil kelamin, pra kanker vulva, pra kanker Miss V dan pra kanker anus.

Vaksin, menurut pria yang memperistri wanita asal Bolivia ini, dapat diberikan pada anak laki-laki dan perempuan. Idealnya diberikan sebelum aktif secara seksual untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari vaksinasi. Pemberian vaksin juga penting di usia remaja karena di masa-masa pertumbuhan, tubuh rentan terkena infeksi. Pada perempuan vaksin dapat diberikan sejak usia 9-45 tahun. Bahkan bisa sampai di usia 55 tahun. Sementara untuk lelaki usia 9-26 tahun.

Selain vaksin HPV quadrivalent, Indonesia menurut Richard juga sangat membutuhkan vaksin-vaksin lain terutama untuk mengatasi virus dengue yang menyebabkan demam berdarah.

Berbincang lebih jauh dengan pria lulusan SMA Regina Pacis, Bogor tahun 1981 ini, mengemuka sejumlah hal-hal menarik yang hadir dari pengalaman. Tidak saja terkait ketertarikan generasi muda dalam dunia penelitian, namun juga penyebab mengapa kurang berkembangnya dunia penelitian di Indonesia.

Richard mengaku tertarik dunia kimia saat duduk di bangku SMA. Ia yang pada awalnya menyenangi dunia arkeologi, tiba-tiba berubah haluan tatkala seorang guru kimia baru mulai mengajar.

“Itu nama gurunya Wendy Rasyid. Cara beliau mengajar benar-benar menginspirasi saya. Selalu memberi hal-hal baru, membuat saya terpesona dengan dunia kimia. Kita jadi mulai ikut-ikut perlombaan tentang kimia dan sebagainya. Padahal pak Wendy guru baru waktu itu, kalau enggak salah baru lulus kuliah. Makanya selisih usia kita juga enggak jauh,” ujarnya.

Saking tertariknya dengan dunia kimia, tidak heran jika kemudian Richard mampu meraih beasiswa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Namun salah seorang saudaranya menawarkan melanjutkan pendidikan ke Universitas of Hawai at Manoa, tahun 1981. Hingga lulus tahun 1985 dan melanjutkan pendidikan ke Universitas Chicago.

“Sebenarnya secara teori, pendidikan di Indonesia itu sangat luarbiasa. Bahkan materi pendidikan untuk SMA di sini, itu di banyak negara untuk materi S2. Cuma praktik dan pola-pola menginsipirasinya itu kurang. Harus dimulai dari pemerintah dan dunia pendidikan,” ujarnya.

SEBAGIAN besar masyarakat Indonesia mungkin sudah tahu bahaya kanker serviks  dan seberapa besar penyebaran penyakit yang diakibatkan human

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News