TGB di Ambang Dilema Antara Poltikus dan Ulama

TGB di Ambang Dilema Antara Poltikus dan Ulama
Fadlin Guru Don. Foto: Dokpri for JPNN.com

Asumsi-asumsi ini menjadi firal dan menjadi instrumen kampanye bagi kedua kubu pro dan kontra pemerintah. Misalkan, kubu pemerintah merasa dukungan TGB adalah kado terindah, tetapi bagi oposisi menganggap sebagai sebuah ancaman yang dapat menggeser fanatisme publik terhadap misi 2019 ganti Presiden. Ada semacam disorientasi nilai dari maksud dan tujuan politik yang tekesan sebagai ladang perebutan kekuasaan.

Beberapa waktu yang lalu TGB memang selalu bersama dengan gerbong PA 212. Bahkan ia sering berduet ceramah bersama dengan dengan Aa Gym, Ustaz Abdul Somad, Ustaz Arifin Ilham dan sejumlah ulama hebat lainya. Sehingga ia pun direkomendasikan sebagai salah satu calon presiden oleh Persatuan Alumni 212.

Rekomendasi ini punya dasar yang jelas, tentu karna dia dianggap sebagai seorang ulama sekaligus seoarang pemimpin yang telah berhasil. Ini bukti bahwa TGB memang ada pada lingkaran oposisi, bukan berada pada posisi pendukung pemerintah.

Mengapa TGB Membelot?

Tidak sedikit yang berdalih bahwa keputusannya itu berdasarkan pada hasil Istikharah dan pertimbangan yang matang. Biasanya pendapat yang seperti ini lahir dari pendukung pemerintah. Tetapi tidak sedikit juga yang mengatakan bahwa TGB bersikap oportunistik dalam mengincar posisi Cawapres Jokowi. Bahkan banyak yang berasumsi bahwa TGB sedang melindungi diri dari penyelidikan KPK Divestasi Saham Newmont yang menjepitnya saat ini. Bukan tidak mungkin karna berada pada naungan penguasa akan aman.

Penulis tidak ingin masuk pada persoalan yang melibatkan pada kepentingan politik dari kedua kubu itu, tetapi penulis lebih tertarik pada sikap TGB tidak mencerminkan ulama yang yang konsisten.

Ulama adalah orang yang paling takut kepada Allah, karena ia dianugerahi ilmu, mengetahui rahasia alam, hukum-hukum Allah, paham hak dan batil, bisa membedakan kebaikan dan keburukan, dan lain sebagainya. Di sisi lain ulama adalah pewaris para nabi, maka sejatinya apapun yang dilakukannya harus berkiblat pada sunah-sunah nabi.

Jika TGB memiliki prinsip berpegang teguh pada kejujuran dan kebenaran agama Allah, maka segala tindakan dan perilakunya tidak akan membuat orang lain semakin kabur.

Akademisi Universitas Mercu Buana, Fadlin Guru Don menilai posisi Tuan Guru Bajang antara seorang Politikus dan Ulama sulit dibedakan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News