Topan Freddy Tewaskan 200 Orang Lebih di Malawi dan Mozambik
Berusia 80-an dan mengenakan jas hujan dan topi wol, John Witman berdiri bersama 10 anggota keluarganya di depan rumah menantunya.
Sekarang hanya bebatuan dan air yang memancar, sementara bangunan rumahnya yang telah rata tersapu badai.
"Saya berharap kami bisa menemukan menantu saya," katanya.
"Kami merasa tidak berdaya karena tidak ada orang di sini untuk membantu kami."
Di Chimwankhunda, beberapa kilometer jauhnya, Steve Panganani Matera, mengenakan jaket hijau dengan visibilitas tinggi, menunjuk ke gundukan lumpur.
"Ada banyak rumah, tapi semuanya hilang," kata Matera. "Ada banyak mayat di bawah lumpur di sana."
Mayeso Chinthenga yang berusia empat belas tahun mengatakan rumah keluarganya terseret lumpur yang mengalir.
"Kami sedang keluar mencari kayu bakar ketika kami melihat batu berguling menuruni gunung, jadi kami lari menyelamatkan diri," katanya.
Topan dahsyat yang melanda Afrika selatan setelah mendarat untuk kedua kalinya yang jarang terjadi telah menewaskan sedikitnya 219 orang di Malawi dan Mozambik sejak Sabtu malam pekan lalu — dan jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka