Tren Voluntir di Negara Maju Picu 'Industri' Panti Asuhan di Negara Berkembang
"Intrepid Travel tidak menawarkan atau mendukung voluntourism, atau wisata panti asuhan," kata Leigh Barnes dari Intrepid Travel.
"Anak-anak bukanlah atraksi turis, dan tidak seharusnya diperlakukan seperti itu."
Karen Flanagan dari Save the Children menambahkan beberapa perusahaan sudah mendekati mereka untuk mencari liburan sambil bekerja sosial yang lebih etis.
"Banyak perusahaan sadar setelah berhubungan dengan ReThink Orphanages dan Save the Children. Mereka minta dibantu," katanya.
Pakar hukum internasional dari University of Western Australia Melanie O'Brien menyebutkan agen perjalanan harus bertanggung jawab atas program wisata panti asuhan yang mereka tawarkan.
"Perusahaan-perusahaan tersebut harus bertanya apakah dana dan sumber yang mereka keluarkan jatuh ke tangan mereka yang benar-benar membutuhkan," kata Dr O'Brien.
"Apakah warga lokal terlibat dalam program itu, apakah mereka bekerja, apakah mereka mendapat bayaran yang memadai."
ReThink Orphanages sudah menyusun daftar bagi para turis mengenai apa yang harus dilakukan untuk menghindari pengalaman buruk saat melakukan kegiatan voluntir.
Anak muda Australia yang melakukan kerja sosial sambil berlibur di luar negeri kini diminta memikirkan kembali aktivitasnya karena telah memicu bertambahnya jumlah anak yatim piatu di negara berkembang.
- Sarung Tangan Buatan Perusahaan Asal Yogyakarta Ini Sukses Merambah Pasar Australia
- Ini Motif Bule Australia Menganiaya Sopir Taksi di Bali
- Dunia Hari Ini: Timnas Garuda Muda Kalahkan Australia 1-0
- PEDRO Indonesia Sumbang Rp 200 Juta untuk Anak Yatim Piatu Yayasan Mizan Amanah
- Pengakuan Jujur Pelatih Australia Soal Ernando Ari
- Penyesalan Pelatih Australia Seusai Takluk dari Timnas U-23 Indonesia