Unjuk Rasa Telan 60 Nyawa, Presiden Salahkan Demonstran

Unjuk Rasa Telan 60 Nyawa, Presiden Salahkan Demonstran
Para demonstran mengambil foto dengan ponsel mereka di Cuzco, Peru (14/12/2022), selama pembakaran peti mati tiruan yang ditujukan untuk Presiden Peru Dina Boluarte, saat pemerintah mengumumkan keadaan darurat nasional pascaprotes selama seminggu yang dipicu oleh penggulingan mantan Presiden Pedro Castillo. Foto: ANTARA FOTO/REUTERS/Alejandro Orosco/aww

jpnn.com, LIMA - Pengunjuk rasa pada Sabtu (21/1) terus menuntut pengunduran diri Presiden Peru Dina Boluarte, meski 60 orang telah kehilangan nyawa dalam aksi protes diwarnai kekerasan yang telah berlangsung enam pekan terakhir.

Dalam sebuah pidato televisi pada Kamis malam (19/1), Boluarte menuduh para pengunjuk rasa melakukan "vandalisme" setelah ratusan warga turun ke jalan-jalan di ibukota negara, Lima, dalam langkah yang disebut sebagai "Pengambilalihan Lima".

Presiden Boluarte mengatakan bahwa pengunjuk rasa "tidak memiliki agenda sosial" tetapi berusaha "melanggar peraturan, menimbulkan kekacauan dan merebut kekuasaan".

Angka kematian semakin meningkat sejak 11 Desember 2022 dengan tewasnya seorang warga di Puno.

Menurut laporan, banyak orang yang terluka di kedua pihak saat petugas keamanan menggunakan gas air mata untuk merespons pengunjuk rasa yang melempar batu ke arah mereka.

Polisi menggerebek Universitas Nasional San Marcos di Lima dengan sebuah tank dan menahan 200 mahasiswa.

Dilaporkan juga bahwa terjadi bentrok antara polisi dan mahasiswa di taman universitas, dan mahasiswa diseret keluar dengan bus polisi setelah lebih dari satu jam.

Pemerintah mengumumkan keadaan darurat untuk beberapa daerah, yang memberi wewenang kepada militer untuk turun tangan dalam upaya menjaga ketertiban.

Pengunjuk rasa pada Sabtu (21/1) terus menuntut pengunduran diri presiden, meski 60 orang telah kehilangan nyawa dalam aksi tersebut

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News