Virus Corona Makin Menggila, Fahira: Tenaga Medis Sebagai Benteng Pertahanan Terakhir, Pertahankan!

Virus Corona Makin Menggila, Fahira: Tenaga Medis Sebagai Benteng Pertahanan Terakhir, Pertahankan!
Anggota DPD dari DKI Jakarta Fahira Idris. Foto: JPNN.COM

jpnn.com, JAKARTA - Anggota DPD RI Fahira Idris ikut bersuara terkait tren penambahan kasus pasien positif Covid-19. Menurutnya, kasus tersebut mesti mendapatkan perhatian semua pihak dalam melakukan perawatan di rumah sakit (RS).

Selain berpengaruh pada kapasitas rumah sakit rujukan COVID-19, menurut Fahira, penambahan ini juga akan membuat beban tenaga medis makin berat dan menjadikan potensi mereka ikut terpapar makin besar.

“Oleh karena itu agar upaya besar bangsa ini yang sudah berjuang keras hampir 6 bulan tidak sia-sia, tenaga medis dan RS sebagai benteng pertahanan terakhir harus dipertahankan,” kata Fahira Idris di Jakarta, Senin (31/8).

Menurut Fahira, jika diibaratkan situasi saat ini adalah ‘perang’ dan Covid-19 adalah musuhnya maka strategi paling tepat untuk bisa memenangkan perang ini adalah menghadang musuh tersebut langsung di daerah perbatasan.

“Jangan biarkan musuh tersebut merangsak masuk ke ‘wilayah teritorial’ kita apalagi mendekati benteng terakhir pertahanan kita. Karena jika musuh tersebut berhasil masuk, menguasai dan melumpuhkan benteng terakhir pertahanan, maka kita sudah kalah perang. Dalam perang melawan Covid-19 ini, tenaga medis dan RS adalah benteng terakhir pertahanan kita. Segala cara harus kita lakukan untuk mempertahankannya,” ujarnya.

Menurut Fahira, strategi agar Covid-19 tidak mendekati benteng pertahanan terakhir ini adalah kombinasi 3M (memakai masker secara baik dan benar; jaga jarak aman 1-2 meter; dan cuci tangan dengan sabun yang wajib dijalankan seluruh masyarakat) dan 3T (tingkatkan kemampuan testing di seluruh wilayah sesuai standar WHO; intensifkan tracing; dan memastikan kesiapan fasilitas kesehatan atau treatment yang menjadi tugas Pemerintah).

Saat ini, jelas Fahira, kombinasi 3M dan 3T masih harus terus ditingkatkan karena masih belum optimal. Penerapan 3M di masyarakat masih sangat variatif dan belum sepenuhnya dijalankan dengan penuh disiplin.

Sementara 3T terutama testing di semua wilayah (masih jauh dari standar minimum yang ditetapkan WHO yaitu satu per seribu orang per minggu). Saat ini hanya Provinsi DKI Jakarta satu-satunya wilayah yang memiliki pengujian Covid-19 di atas standar minimum WHO (sudah 4 kali lipat). Minimnya testing membuat tracing dan treatment juga tidak maksimal.

Menurut Fahira, penambahan jumlah pasien positif Covid-19 juga akan membuat beban tenaga medis makin berat dan menjadikan potensi mereka ikut terpapar makin besar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News