Vivi 11 Kali Menikah, 9 Kali Secara Siri

Vivi 11 Kali Menikah, 9 Kali Secara Siri
Suasana Desa Kalisat, Rembang, Pasuruan, Jawa Timur. Foto: M Hidayat/Radar Bromo
Tren seputar nikah siri di Rembang terjadi sejak puluhan tahun silam. Rata-rata perempuan yang bisa dinikah siri sudah berstatus janda. Usia mereka relatif berbeda. Ada yang masih belasan tahun. Ada juga yang puluhan tahun. "Kami tidak pernah menghitung ada berapa janda di sini," tutur Sarbini, kepala Dusun Barat Sungai, Desa Kalisat.

Latar belakang keluarga di Kalisat, Rembang, juga diyakini memiliki pengaruh besar. Rata-rata pendidikan orang tua begitu rendah. Hanya lulusan SD. Mata pencaharian mereka juga lebih di ladang pertanian. Kalaupun ada mata pencaharian lain, jumlahnya tidak terlalu banyak.

Menautkan si perempuan dengan calon pria yang akan menikahi secara siri biasanya dilakukan melalui pengarep. Ini adalah istilah lain untuk makelar. Si pengarep inilah yang bertugas mencari informasi tentang janda di kawasan tersebut. Jika ada pria yang ingin menikah siri, pengarep melobi si wanita dan orang tuanya. "Menikahnya tetap seizin orang tua. Hanya, kami tidak dicatat oleh catatan nikah saja," terang Munif, pria yang pernah menjadi pengarep.

Camat Rembang Masykur Efendi mengatakan bahwa pernikahan siri di wilayahnya masih ada. Tapi, jumlahnya relatif menurun. "Saya juga sudah berupaya sosialisasi untuk itu. Nikah siri memang masih ada. Yang tidak ada nikah kontrak. Kalau ada yang menyebut di sini ada nikah kontrak, saya minta buktinya," tegas Camat Masykur. (m hidayat/radar bromo/kum)

Tradisi menikah siri juga banyak dilakukan warga di desa-desa di dua kabupaten: Indramayu dan Pasuruan. Benarkah hanya bermotif ekonomi? Laporan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News