Wacana Tunda Pemilu 2024 Diduga Hanya Akal-akalan Untuk Tujuan ini

Wacana Tunda Pemilu 2024 Diduga Hanya Akal-akalan Untuk Tujuan ini
Dosen FISIP Universitas Jember Agung Purwanto. ANTARA/HO-Humas Unej

Agung mengatakan sebenarnya waktu dua tahun dirasa cukup jika tidak terjadi hal yang krusial pada major power koalisi partai yang memerintah.

Elektabilitas dari model dinasti yang direncanakan oleh major power dari koalisi partai yang memerintah dengan PKB dan Golkar berada di dalamnya, tidak sejalan dengan kenyataan perilaku pemilih di lapangan.

"Hasil dari 25 lembaga survei tentang elektabilitas kandidat presiden menyebutkan bahwa 17 lembaga survei menunjuk Prabowo Subianto tertinggi dipilih oleh responden," ujar dosen FISIP Unej itu.

Sedangkan Ganjar Pranowo dari major power koalisi partai yang memerintah tertinggi dipilih responden pada 4 lembaga survei dan itu pun kurang 20 persen, padahal major power pada koalisi partai yang memerintah menginginkan politik dinasti, artinya bukan Ganjar Pranowo.

"Akan menjadi berat bagi middle power untuk menaikkan elektabilitas ketua partainya di satu sisi dan dihadapkan harus bekerja sama dengan kandidat presiden yang kurang kuat elektabilitasnya," ujarnya.

Dia menjelaskan gagasan paling pragmatis adalah swing dalam berkoalisi.

Elektabilitas Ketua Partai Golkar dan juga elektabilitas Ketua Partai PKB akan menjadi modal pada posisi tawar kepada ketua partai yang juga sebagai major power eks koalisi oposisi.

"Nah, pada upaya mencari jalan untuk pasang dua kaki antara berada dalam koalisi partai memerintah atau pragmatis melakukan swing itulah, waktu dua tahun dirasa tidak cukup," katanya.(Antara/jpnn)

Pengamat menduga wacana tunda pelaksanaan Pemilu 2024 hanya akal-akalan untuk tujuan ini.


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Sumber ANTARA

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News