Wamenag: Santri Milenial Jangan Hanya Pintar Mengaji

Wamenag: Santri Milenial Jangan Hanya Pintar Mengaji
Zainut Tauhid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Berbagai bentuk teknologi digital telah berkembang, antara lain kecerdasan buatan (artificial intelligence), data besar (big data), buku besar digital (blockchain), komputasi awan (cloud computing), Internet untuk Segala (Internet of Things atau IoT), pembelajaran mesin (machine learning), aplikasi seluler (mobile applications), nanoteknologi (nanotechnology), dan sebagainya.

Revolusi digital diperkirakan akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia, yang diestimasi terjadi sampai 2030 karena digantikan oleh mesin. 

"Hal ini bisa menjadi ancaman dunia termasuk bagi Indonesia sebagai negara yang memiliki angkatan kerja dan angka pengangguran yang cukup tinggi,” ucapnya.

Kondisi saat ini memaksa semua pihak untuk melakukan akselerasi pemahaman dan penguasaan terhadap teknologi, tidak terkecuali para santri.

Mengutip pesan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, Wamenag Zainut mengatakan santri milenial tidak cukup hanya pintar mengaji.

Lebih dari itu, santri harus mempunyai daya hidup dan kreativitas agar siap memasuki dunia industri dan dunia usaha.

Agar lebih kontributif dalam memecahkan masalah yang kompleks pada abad ke-21, santri milenial juga harus dapat berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi. 

Oleh sebab itu, proses pembelajaran di pesantren, selain tetap berorientasi tafaqquh fi al-din, semestinya juga terus disesuaikan agar selalu relevan dengan perkembangan zaman, tuntutan dunia industri dan usaha, serta potensi kaum milenial dalam penghidupan di masa depan.

Wamenag Zainut Tauhid mengatakan santri milenial tidak cukup hanya pintar mengaji tetapi juga harus memiliki keluasan cakrawala

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News