Wamentan: Pengusaha FOMO Naikkan Harga Pangan Terancam Pidana & Masuk Neraka

jpnn.com, SEMARANG - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menyebut istilah FOMO (Fear of Missing Out) saat meninjau operasi pasar bahan pangan di Kantor Pos Johar Semarang, Jawa Tengah (Jateng), Senin (10/3).
FOMO alias tak ingin ketinggalan tren itu ditunjukkan kepada para pengusaha agar tidak berbuat curang dengan meningkatkan harga pangan selama Ramadan hingga Lebaran 2025.
"Tidak boleh ada lagi orang-orang FOMO di bulan puasa, 'Lebaran biasanya naik ya'. Tidak boleh ikut-ikutan. Sudah, biasanya harganya mahal tidak apa, ini tidak boleh lagi," kata Sudaryono.
Sudaryono menyebut pengusaha yang terciduk main-main di atas penderitaan rakyat akan terancam pidana, dan masuk neraka.
Menurutnya, sesuai perintah Presiden Prabowo Subianto, Polri, Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diterjunkan untuk menumpas praktik nakal tersebut.
"Ancamannya neraka, kalau ada mafia doakan masuk neraka semua. Kalau ada indikasi ada langsung kami ambil tindakan tegas pidana," kata Sudaryono.
Praktik nakal yang diincar aparat penegak hukum adalah penimbunan, permainan timbangan, hingga memainkan harga pangan untuk rakyat.
"Tidak boleh orang menari-nari menikmati kekayaan karena meras membuat rakyat menderita," kata Ketua Gerindra Jateng tersebut.
Wamentan Sudaryono: pengusaha FOMO naikkan harga pangan, ancaman pidana, dan neraka menanti.
- Cetak Rekor, Serapan Beras Bulog Capai 1,3 Juta Ton Sepanjang April 2025
- David Herson Optimistis Target Swasembada Pangan di Era Presiden Prabowo Akan Tercapai
- Prabowo Bertemu 19 Perusahaan Raksasa Korea, Dapat Investasi Rp 259 Triliun
- Bulog Siap Dukung Koperasi Merah Putih untuk Memperkuat Ketahanan Pangan
- Serapan BULOG Jatim Tembus 300 Ribu Ton Setara Beras, Tertinggi dalam 10 Tahun Terakhir
- Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia Kunjungi Perum Bulog