Warga Keluhkan Lambatnya Pemasangan Box Culvert

Warga Keluhkan Lambatnya Pemasangan Box Culvert
Ilustrasi. FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Program penataan Jalan Semarang dilanjutkan oleh Pemkot Surabaya. Salah satunya adalah pemasangan box culvert  di sisi timur jalan tersebut. Nanti pemerintah membangun jalur pedestrian di atas saluran.

Dari pengamatan, box culvert yang dipasang berukuran 30 x 60 cm. Panjangnya sekitar 50 meter. Saat ini pembangunan saluran belum tuntas. Box culvert dibiarkan terbuka tanpa penutup. Lambatnya pengerjaan jalur pedestrian di Jalan Semarang itu dikritik para pedagang yang terdampak pembangunan. Salah satunya Saiful. Penjual aluminium itu mempertanyakan pengerjaan yang tidak cepat.

''Wajar jika emosi. Sebab, usaha kami ikut tergusur gara-gara proyek," kata Saiful. Dia memiliki satu toko di Jalan Semarang. Kini tempat usahanya telah rata dengan tanah. Sebelum memasang box culvert, Pemkot Surabaya memang melakukan penertiban di kawasan tersebut. Perobohan bangunan liar (bangli) berlangsung pada Juli 2018. Saat itu ada sebelas pedagang yang diminta pindah. Pemerintah ingin menormalisasi saluran air di bawah pertokoan.

Saat itu warga juga ditawari untuk pindah ke Pasar Loak Dupak Baru. Namun, mereka menolak. Para pedagang memilih tetap berjualan di sekitar Jalan Semarang. ''Kami masih kesulitan setelah pindah. Pembeli masih sepi," tambah Saiful.

Lamanya pemasangan box culvert di Jalan Semarang juga dikeluhkan warga. Salah seorang adalah Mukhlisin, 47, yang tinggal di sekitar lokasi. Menurut dia, lambatnya pengerjaan proyek tersebut mulai memunculkan masalah. Misalnya, tersendatnya air selokan dari rumah-rumah warga. 

Menurut Mukhlisin, warga Kampung Lawas Maspati IV juga melayangkan protes. ''Air selokan dari rumah-rumah warga tersumbat proyek. Warga protes ke kelurahan seminggu lalu," katanya. 

Air selokan yang menggenang itu dianggap mencemari sumur-sumur warga. Dugaan tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, sejak tersendatnya aliran air selokan dari kampung, sumur-sumur warga menjadi keruh. ''Baunya juga tidak sedap," tambah pria kelahiran Gresik tersebut. Setelah ada protes dari warga, pengerukan untuk aliran air di proyek tersebut baru dilakukan. 

Mukhlisin khawatir. Apalagi saat ini sudah memasuki musim hujan. Sebab, kawasan tersebut menjadi langganan banjir setiap kali musim hujan. ''Tinggi genangannya bisa mencapai 20-30 cm. Tiga sampai empat jam biasanya baru surut," tegasnya. 

Tinggi genangannya bisa mencapai 20-30 cm. Tiga sampai empat jam biasanya baru surut

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News