Waspada Pneumonia, Awasi Napas Anak

Penyebab 1,2 Juta Anak Meninggal Setiap Tahun

Waspada Pneumonia, Awasi Napas Anak
Waspada Pneumonia, Awasi Napas Anak

jpnn.com - JAKARTA - Jangan sepelekan balita demam dan batuk. Apalagi jika disertai dengan napas cepat dan sesak. Bisa jadi, hal itu merupakan gejala pneumonia. Dokter spesialis anak RS Hasan Sadikin Bandung Cissy B. Kartasasmita mengungkapkan, pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang memengaruhi paru-paru. Gejalanya bervariasi.

Yakni demam, batuk, napas cepat, dan sesak berupa tarikan dinding dada ke dalam serta napas memburu dan berat. Karena itu, lanjutnya, jika melihat anak yang mengalami gejala sulit bernapas atau bernapas sangat cepat serta bibir kebiruan, kita harus segera menghubungi dokter. Sebab, berdasar hasil survei, pneumonia menjadi penyebab kematian pertama pada balita di Indonesia. "Ini yang harus dikenali," katanya dalam konferensi pers World Pneumonia Day di Demang Resto, Sarinah, Jumat (8/11).

Berdasar data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, angka kesakitan pneumonia pada bayi mencapai 2,2 persen. Pada balita, angka kesakitan mencapai 3 persen. Angka kematian pada bayi karena pneumonia 23,8 persen dan balita 15,5 persen.

Di tingkat dunia, lembar fakta World Health Organization (WHO) 2013 juga menunjukkan hal yang sama. Yakni, pneumonia atau radang paru akut menjadi penyebab kematian terhadap sekitar 1,2 juta anak setiap tahun.

Cissy menjelaskan, gejala pneumonia bisa diketahui dengan menghitung napas. Anak yang berusia kurang dari dua bulan dan tarikan napasnya lebih dari 60 kali per menit perlu diwaspadai.

Demikian juga untuk anak usia 2-11 bulan yang me­miliki tarikan napas lebih dari 50 kali per menit. Untuk anak usia 12-59 bulan, gejala pneumonia bisa diketahui dengan tarikan napas yang lebih dari 40 kali per menit. Jika disertai tarikan dinding dada ke dalam saat bernapas, anak itu termasuk penderita pneumonia berat.

Cissy menganjurkan agar ibu memberikan ASI eksklusif. Tujuannya, meningkatkan antibodi pada anak dan memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang cukup. Hal itu penting untuk mencegah virus dan kuman yang menyebabkan pneumonia. Asupan vitamin A juga membantu perkembangan sistem kekebalan tubuh balita.

Perilaku hidup sehat juga harus dijaga. Misalnya, menutup mulut saat bersin atau batuk. Selain itu, menjaga kebersihan dengan mencuci tangan dengan sabun juga harus dilakukan untuk menghindari penyebaran kuman. "Juga, jauhkan anak dari asap rokok," terangnya. (puj/oni/c16/tia)


JAKARTA - Jangan sepelekan balita demam dan batuk. Apalagi jika disertai dengan napas cepat dan sesak. Bisa jadi, hal itu merupakan gejala pneumonia.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News