Zhang Qing Feng, Memori antara Indonesia dan Tiongkok
Selalu Gembira saat Bertemu Orang Indonesia
Rabu, 14 Maret 2012 – 00:04 WIB
"Kalau ada kapal Indonesia, saya langsung naik dan berkenalan dengan krunya. Senang sekali rasanya bisa tahu cerita-cerita tentang tanah kelahiran saya," ungkap pria yang masih punya saudara di Tuban, Jawa Timur, itu.
Saat bekerja itulah Zhang mendapatkan jodoh. Namanya Chen Hui Yun. "Saya dikenalkan teman," katanya. Chen Hui Yun senasib dengan Zhang. Chen meninggalkan Birma yang kala itu juga bergolak.
Sekitar 1978 terjadi perubahan yang baik di Tiongkok. Orang-orang yang dulu berasal dari luar Tiongkok tak lagi dicurigai secara berlebihan. "Pokoknya lebih tenang dibanding awal tinggal di sini," cetusnya.
Sayang, anak semata wayang Zhang, Lia Zhang, 27, enggan belajar bahasa Indonesia. Istrinya juga. "Ying Ying (demikian Lia Zhang disapa) termasuk pintar. Dia memilih bersekolah bahasa Inggris. Kini dia bekerja di perusahaan asing yang memproduksi pasta gigi," katanya.
Sentimen politik memaksa Zhang Qing Feng meninggalkan Indonesia pada 1960. Saat itu dia baru berusia delapan tahun. Setelah puluhan tahun tinggal
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor