Kisah Pilu Fahrur Rozi yang Gantung Diri Menggunakan Baju Koko, Sarung dan Kopiah

Kisah Pilu Fahrur Rozi yang Gantung Diri Menggunakan Baju Koko, Sarung dan Kopiah
ilustrasi.

jpnn.com - JEMBER - Warga di Dusun Krajan, RT 3, RW 5, Desa Wonosari, Puger, kemarin (29/3) digemparkan dengan bau busuk menyengat yang berasal dari rumah seorang warga. Mereka menduga bahwa sumber bau itu berasal dari bangkai tikus. Namun, setelah diperiksa, sumber bau tersebut ternyata berasal dari mayat Fahrur Rozi, 20 yang ditemukan gantung diri di atas plafon. 

Anak keempat dari lima bersaudara itu sebelumnya dinyatakan hilang sejak Jumat (27/3).

''Sesudah Jumatan (salat Jumat, Red) sudah tidak ada. Keluarga memang sudah mencarinya,'' ujar pria yang mengaku sebagai kerabat Fahrur.

Pria yang namanya enggan dikorankan itu bercerita, Fahrur sebelumnya berpamitan pergi ke Bali. Kepergiannya merupakan protes atas ayahnya yang menikah lagi setelah ibunya meninggal dunia. Selain itu, ayahnya menolak membelikannya sepeda motor.

Keluarga mengaku, Fahrur tidak pernah memiliki riwayat gangguan kejiwaan. Bahkan, korban dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul di lingkungannya. H Eksan, ayah Rozi, menyatakan bahwa lokasi gantung diri itu merupakan salah satu rumahnya. Rumah tersebut memang ditempati anaknya. 

''Dia memang tinggal di sini dan saya tinggal di sana,'' ujarnya sambil menunjuk rumah di sebelah lokasi kejadian.

Korban ditemukan tergantung di atas plafon rumahnya dengan jeratan kawat besi di lehernya. Kondisi tubuhnya membengkak, bahkan sudah mengeluarkan cairan. Dia masih mengenakan baju koko dan sarung lengkap dengan kopiah di kepalanya. 

Petugas Polsek Puger dengan dibantu warga sekitar sempat kesulitan saat hendak mengevakuasi mayat tersebut. Polisi terpaksa membongkar eternit dan genting rumah.

JEMBER - Warga di Dusun Krajan, RT 3, RW 5, Desa Wonosari, Puger, kemarin (29/3) digemparkan dengan bau busuk menyengat yang berasal dari rumah seorang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News