Menyibak Kesederhanaan Kuliner Negeri Sakura

Menyibak Kesederhanaan Kuliner Negeri Sakura
Ilustrasi. FOTO: dpk/jawapos

jpnn.com - Sebagai salah satu negara dengan tingkat kesehatan dan harapan hidup tertinggi di dunia, bangsa Jepang menjunjung tinggi segala bentuk kesederhanaan. Bukan hanya pada gaya hidup, segala wujud efisiensi juga terlihat pada soal pengolahan makanan. 

---

JIKA ada negara dengan hasil laut dan pertanian yang berlimpah seperti Nusantara, itu adalah Jepang. Negeri Matahari Terbit tersebut tidak hanya mirip secara geografis sebagai negara kepulauan, namun juga dengan tradisi makanan.

''Bagi orang Jepang, namanya belum makan kalau belum dengan nasi,'' ucap Japanese chef JW Marriott Surabaya Takashi Murayama. Sama halnya dengan masyarakat Indonesia, nasi juga menjadi makanan pokok sehari-hari orang Jepang.

Bedanya, jika masyarakat Indonesia memiliki kekayaan rempah yang sedemikian berlimpah hingga memengaruhi cita rasa dan gaya masakan, Jepang sangat minim akan hal itu. Sebagai negara subtropis, Jepang mengandalkan berbagai hasil alam dan menghargai segala bentuk orisinalitas rasa. Semakin asli semakin baik.

''Itu juga yang jadi keunggulan masakan Jepang. Semua sangat simple, tidak macam-macam,'' ujarchef Takashi. Masakan Jepang biasanya hanya melalui satu macam pengolahan, menonjolkan rasa asli dari bahan makanan, dan minim penggunaan bumbu.

Biasanya, kata chef Takashi, masyarakat Jepang mengonsumsi nasi dengan campuran sayur yang ditumis atau berkuah. Rasa pedas pada masakan amat jarang ditemui. Jepang lebih identik dengan rasa asin yang biasanya dihasilkan dari shoyu atau kecap khas Jepang yang sering digunakan di berbagai jenis masakan.

Dalam tradisi Jepang, juga tidak dikenal tahap makanan seperti main course, appetizer, atau dessert.''Semua adalah main course yang dimakan bersamaan,'' terang chef berusia 55 tahun itu. Tradisi makanan di Jepang lebih mengikuti perubahan musim. Misalnya, makan mochi saat sakura bermekaran, makan ikan unagi (belut) saat musim panen pada Agustus, atau pesta ikan laut setiap awal musim dingin.

Salah satu contoh masakan Jepang yang biasa disajikan sehari-hari adalah nasu soboro. Sangat sederhana. Nasu atau terong dalam bahasa Jepang cukup digoreng dengan tambahan daging ayam cincang yang dicampur miso pasta di atasnya. Itu cukup sebagai sayur sekaligus lauk saat menyantap nasi. Mudah, bukan?

Ada lagi salad shake atau salmon yang juga bisa dimakan sebagai lauk plus sayuran. Atau, shake oyakodon aburi yang merupakan satu set makanan lengkap dengan nasi dan irisan salmon yang harmonis bersama telur-telurnya menjadi dasar pemilihan nama oyakodon yang berarti induk dan anak.

Selain itu, satu lagi yang sederhana adalah sukiyaki donburi, yang sudah lengkap terdiri atas nasi, mishirataki, serta tofu dan ragam sayur-mayur. Tidak ada tambahan bumbu apa pun, kecuali gula pasir dan shoyu, sehingga rasa asli tetap bertahan.

''Kami menghormati dan menghargai makanan dengan cara mempertahankan rasa aslinya. Itu lebih enak dan tentu juga lebih sehat,'' ujar chef yang hampir 30 tahun menetap di Indonesia itu.(rim/c19/dos)


Sebagai salah satu negara dengan tingkat kesehatan dan harapan hidup tertinggi di dunia, bangsa Jepang menjunjung tinggi segala bentuk kesederhanaan.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News