Hanya Hewan yang Bertarung, Manusia seharusnya Malu kalau Berkelahi

Hanya Hewan yang Bertarung, Manusia seharusnya Malu kalau Berkelahi
Ratusan warga menyaksikan atraksi mapasilaga tedong atau adu kerbau di Tana Toraja. Foto: Diar Candra/Jawa Pos

BAGI masyarakat Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Juli termasuk bulan favorit untuk melakukan Rambu Solo'. Yakni, upacara penghormatan terakhir untuk orang terkasih yang telah lama meninggal. Upacara tersebut diramaikan atraksi mapasilaga tedong atau adu kerbau yang menarik perhatian turis.
-----------------------
Laporan Diar Candra, Tana Toraja
----------------------
SUAREZ langsung berontak begitu melihat lawannya di seberang lapangan. Naluri ’’membunuh’’-nya sontak muncul. Dengan lenguhan napas yang memburu, Suarez langsung menghampiri lawannya. Tidak ingin kehilangan momentum, kerbau berbadan gempal itu menghunjamkan tanduknya ke kepala lawan.

Sorak sorai pun terdengar menyertai aksi bengal Suarez. Dalam hitungan menit, si lawan, Toro, langsung mundur teratur. Sesuai dengan aturan, kerbau atau tedong (bahasa Toraja) yang meninggalkan gelanggang lebih dulu dianggap kalah. Maka, Suarez-lah yang dinyatakan menang ’’TKO’’ atas Toro.

Begitulah suasana atraksi mapasilaga tedong atau adu kerbau di lapangan Kelurahan Lemo, Kecamatan Makale, Tana Toraja, Selasa sore (21/7). Ratusan penonton memadati lapangan berumput tipis berukuran 25 x 15 meter yang biasanya digunakan warga setempat untuk bermain bola tersebut.

Mapasilaga tedong kali ini dilakukan dalam rangka Rambu Solo’ keluarga almarhum Paulus Tampek Mangge. Mapasilaga tedong yang diwasiti Set Salimo tersebut berlangsung pukul 16.00 sampai 18.00 Wita (Waktu Indonesia Tengah). Sore itu ditampilkan delapan pertarungan kerbau yang seru dan meriah.

Menurut Antonius Katoding, wakil keluarga Paulus, mapasilaga tedong adalah atraksi paling meriah dan dinanti warga dalam setiap rangkaian Rambu Solo’. Para pemilik kerbau bahkan sudah mempersiapkan hewan peliharaannya secara khusus 4–5 bulan sebelum upacara dilangsungkan.

’’Pesan moral dari mapasilaga tedong adalah hanya binatang yang bertarung. Manusia yang derajatnya lebih tinggi dari hewan seharusnya malu kalau berkelahi,’’ tutur Antonius.

Nah, dalam mapasilaga tedong peran pa’kambik atau penggembala kerbau sangatlah vital. Mereka punya tanggung jawab besar untuk mempersiapkan kerbau-kerbau aduannya. Merawat kerbau butuh lebih dari sekadar kesabaran dan ketekunan.

Kerbau yang menjadi tedong aduan punya kekhususan dari jenisnya. Yang paling umum adalah tedong pudu. Kerbau yang berkulit hitam legam itu disukai karena gampang dilatih dan harganya tidak semahal kerbau lain. Harga paling murah seekor tedong pudu yang berusia 6–7 tahun adalah Rp 40 juta.

BAGI masyarakat Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Juli termasuk bulan favorit untuk melakukan Rambu Solo'. Yakni, upacara penghormatan terakhir

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News