Kenaikan Cukai Rokok Belum Tentu Efektif Genjot Penerimaan Negara
Pengamat Sarankan Pemerintah Gali Potensi Cukai di Luar Rokok
jpnn.com - JAKARTA - Pengamat ekonomi Enny Sri Hartati menyarankan pemerintah benar-benar cermat dalam membuat kebijakan tentang cukai rokok. Peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) itu mengatakan, jangan sampai kenaikan cukai justru memicu maraknya rokok ilegal hingga mematikan industri resmi yang menyerap banyak tenaga kerja.
Enny mengatakan, menaikkan cukai tanpa memertimbangkan variabel lain justru bisa menurunkan pemasukan negara. Sebab, jangan sampai kebijakan menaikkan tarif cukai rokok yang harusnya untuk menggenjot pemasukan negara justru kontraproduktif.
“Ketika menaikkan cukai tak disertai infrastruktur jelas, hanya menaikkan tarifnya, tak mempertimbangkan variabel lain, yang terjadi adalah pendapatan cukai negara turun. Padahal konsumsi rokok itu sifatnya elastis, artinya orang rela tak makan asal bisa merokok. Artinya, kebijakan pemerintah (menaikkan cukai, red) justru mendorong rokok ilegal, kemudian produsen mati,” katanya usai diskusi di DPR RI, Selasa (4/8).
Enny mengingatkan bahwa industri hasil tembakau menyumbang 95 persen pendapatan negara dari cukai. Menurutnya, kondisi itu sebenarnya cukup miris karena Indonesia merupakan negara besar dengan banyak potensi pendapatan yang bisa digali dari penerapan cukai pada komoditas selain rokok.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati
“Tak masuk akal sebenarnya. Masa satu negara besar, cukainya tergantung dari perokok? Bagaimana sumber lain? Ini yang harus dibuka,” katanya.
Ia mengakui bahwa isu rokok selalu berkaitan dengan kesehatan. Kenaikan cukai pun ditujukan untuk mengendalikan produksi dan konsumsi rokok. Sebab, ketika harga rokok rendah maka target mengendalikan produksi dan konsumsinya pun tak tercapai.
JAKARTA - Pengamat ekonomi Enny Sri Hartati menyarankan pemerintah benar-benar cermat dalam membuat kebijakan tentang cukai rokok. Peneliti di Institute
- Triwulan I 2024, Bank Raya Salurkan Kredit Digital Capai Rp 4 Triliun
- Kolaborasi JFX dan DCFX dalam Literasi Investasi di Pasar Emas dan Olein
- Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2, Ini yang Dilakukan PIS
- Bank Raya Bukukan Pertumbuhan Laba Double Digit di Triwulan I/2024
- BRI Ungkap 3 Fakta soal Video Viral Kasus Uang Raib Rp 400 Juta
- BRI Sambut Baik Kenaikan Suku Bunga Acuan, Tetap Optimistis Kredit Tumbuh 2 Digit