Fenomena Ayam Kampus di Kota Madiun (2) Si Cantik Ini Membatasi hanya 3 Om-om

Fenomena Ayam Kampus di Kota Madiun (2) Si Cantik Ini Membatasi hanya 3 Om-om
Ilustrasi.

jpnn.com - PROSTITUSI online kian menjamur. Dengan cara ini para hidung belang bisa dengan mudah memasan perempuan untuk memuaskan nafsunya. Para penjaja cinta pun kian berlomba-lomba menjual dirinya dengan sistem online. 

Tak terkecuali di kota Madiun. Banyak juga perempuan muda berstatus mahasiswi yang menjajakan dirinya. Radar Madiun (JPNN Group) pun menelisik kehidupan para ayam kampus di sana.

Salah satunya adalah Karin (bukan nama sebenarnya). Beberapa waktu lalu, Radar Madiun pun menemui Karin yang baru saja melayani Donjuan (juga nama samaran) di sebuah hotel di Kota Madiun.

Setelah menerima imbalan Rp 3 juta, Karin membersihkan diri dan merapikan riasan wajahnya. Dia mengatakan uang tersebut ditransfer ke rekening saudaranya untuk biaya berobat sang nenek yang opname di sebuah rumah sakit.

Kondisi ekonomi keluarga Karin tergolong pas-pasan. Untuk membiayai kuliahnya, awalnya dia nyambi bekerja sebagai pelayan toko. ''Sejak kecil, saya memang tinggal bersama nenek. Bapak dan ibu tidak mau tahu dengan kehidupan saya,'' ungkap Karin.

Nah, pada Maret 2014, nenek yang selama ini mengasuh dirinya sakit keras dan butuh biaya berobat. Karin yang kala itu masih kuliah di semester satu berniat meminjam uang kepada teman sekampusnya yang lebih dulu menjadi mahasiswi plus-plus. 

''Dia malah menawarkan kepada saya cara mencari uang dengan mudah dan cepat. Ya, melayani om-om. Waktu itu dia pas dapat booking-an. Karena lagi sibuk, dia menyuruh saya menggantikan,'' jelasnya.

Awalnya Karin gamang terjun ke bisnis pemuas syahwat itu. Namun, saat bibinya mengabarkan kondisi sang nenek memburuk, dia akhirnya menyanggupi tawaran temannya. '

'Benar juga, cari duit sepertinya gampang banget. Sejak saat itu, saya keterusan (jadi ayam kampus, Red),'' katanya sambil mengisap rokok putih dalam-dalam.

Bermodal paras cantik dan tubuh montok, Karin tak sulit mencari mangsa. Meski demikian, dia membatasi sebulan hanya menerima maksimal tiga kali booking-an pria hidung belang yang butuh layanan esek-esek. ''Kebanyakan orang kaya lah,'' ujarnya.

Keputusan Karin untuk menggeluti bisnis prostitusi juga didasarkan pada masa lalunya. Keperawanannya terenggut beberapa saat setelah lulus SMA. Sang pacar yang kala itu berusia 24 tahun memaksanya melakukan hubungan suami istri. 

''Setelah itu, kami sering melakukannya. Belakangan saya justru dikhianati. Saya ditinggal kawin,'' kenangnya. (pra/isd/c23/dwi)  

PROSTITUSI online kian menjamur. Dengan cara ini para hidung belang bisa dengan mudah memasan perempuan untuk memuaskan nafsunya. Para penjaja cinta


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News