Transkrip Rekaman Percakapan Diduga Antara Penyidik, Saksi, Ayah Mirna

Transkrip Rekaman Percakapan Diduga Antara Penyidik, Saksi, Ayah Mirna
Kombes Pol Krishna Murti. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Sebuah rekaman percakapan yang diduga antara penyidik, saksi, dan ayah Wayan Mirna Salihin beredar di kalangan awak media. 

Namun, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Krishna Murti berdalih, bahwa rekaman itu belum tentu percakapan antara ke-tiganya.

"Saya tidak mau komentar soal itu. Percakapan itu bisa benar dan bisa salah," kata Krishna beberapa waktu lalu. (mg4/jpnn)

Berikut adalah isi rekaman tersebut:

Diduga suara ayah Mirna: Yang dia taruh di bag itu, kayak dialingin (halangi) gitu?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe: Itu belum sampai situ.

Diduga suara ayah Mirna: Oh belum sampai situ.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe: Kemudian minuman ini datang, diantar oleh staf kita. Karena sebelum diantar ke mejanya, dia kan datang pesan sendiri, tapi dia mau langsung tutup bill, "Saya mau bayar sekarang." Padahal minumannya saja belum dia buat. Dia mau langsung tutup bill.

Diduga suara penyidik: Yang mau tutup bill ini siapa? Si Jessica?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe: Si Jessica. Dia mau bayar langsung. Salah satu staf kita mungkin ada pertanyaan atau apa. Mungkin bertanya, dia (Jessica) bilang, "Saya mau traktir teman saya, kasih surprise."

Diduga suara ayah Mirna : Saya mau tanya satu, boleh ya pak? Proses pembuatan kopi itu sebenarnya yang buat siapa?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Rangga.

Diduga suara ayah Mirna : Total dari pertama buat sampai selesai kopinya Rangga?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh iya, kopinya.

Diduga suara ayah Mirna : Nanti Rangga kamu siapin ya.

Diduga suara penyidik 2 : Sudah-sudah (disiapin). Sudah di-BAP.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe  : Penyajiannya di depan tamuunya Pak. Karena dari bar itu standart kita itu cukup cuma menyediakan susu, es batu, dan kopi.

Diduga suara penyidik  : It's oke. Saya sudah tahu. Menurut keterangan Bapak, katanya ada Jessica yang ngelola (minuman) sendiri ya Pak?

Diduga suara ayah Mirna : Bukan, bukan. Ngaduknya itu musti tamu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Itu beda lagi. Kemudian dia minta tutup bill, dia datang lagi ke area kasir untuk bayar padahal minumannya belum jadi, belum dibuat. Yang mana itu jarang sekali terjadi. Kemudian dia kembali ke table, minumannya datang. Dia sudah memposisikan minuman ini di tempatnya masing-masing. Kemudian dia taruh belanjaannya dia.
 

Diduga suara penyidik : Oh sudah diatur? Mestinya dia taruh di bawah dong?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Iya, sofanya gede sekali.

Diduga suara penyidik : Berarti sudah disetting sama dia penempatannya kursi-kursi? Gelasnya per masing
-masing kursi?

Diduga suara penyidik 3 : Ya dengerin dulu. Jangan comment dulu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Itulah kesulitan kita. Makanya kita nggak tahu itu apa yang dimasukin ke situ (minuman). Karena dia menghalangi CCTV.

Diduga suara penyidik : Ngehalangin gelas?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : CCTV-nya jadi nggak bisa nyorot.

Diduga suara penyidik : Jadi handbagnya itu ngalangin CCTV?

Diduga suara ayah Mirna : Maksudnya dengan menghalangi CCTV itu dia taruh atau tidak taruh itu sudah modus.

Diduga suara penyidik : Ya betul, Pak.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Setelah itu dia (Jessica) beraktivitas sendiri dengan minumannya. Dia taruh di bawah bagnya, kemudian dia berubah pikiran. Taruhnya di belakang lagi. Nah ini nggak tahu nih maksudnya apa, tujuannya apa. Karena di belakangnya itu ada tanaman lalu ada space. Mungkin nanti kalau lihat TKP-nya bisa dicek.

Diduga suara ayah Mirna : Setelah dia kerja beres, baru dipindahin lagi? Terus dia takut, dipindahin lagi?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Nggak tahu. Kemudian datang mbak Mirna dan mbak Hani jam 17.25.

Diduga suara ayah Mirna : Kita mau recover nama baik you.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oke lah sekitar setengah enam kita lihat, Mbak Hani dengan Mbak Mirna datang. Kemudian sudah di-setting duduknya. Kelihatannya sudah diatur. Minumannya sudah sejam kayanya juga esnya sudah mencair. Kalau dipegang sudah tidak dingin-dinginnya sama sekali.

Diduga suara ayah Mirna : Stop sampai situ dulu. Sekarang saya tanya kenapa anak saya ngomong "Ini kopi kok baunya jamu? Nggak layak dijual." Terus saya suruh liat mantu saya yang belaga beli itu. Itu sebenarnya saya suruh lihat dulu. Saya suruh beli "Coba lu Hans beli dulu, coba cium sama apa ga?" Ternyata lain (baunya). Berarti ini minuman waktu di tangan Jessica sudah dikasih sesuatu sampai bau jamu tadi. Itu pikiran saya sama Komandan. Cuma yang jadi masalah apakah si Rangga ini ada satu lack of something seperti alat pembersih atau cleaner disitu? You nggak berani ya?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Nggak, nggak karena kita pakai standart.

Diduga suara ayah Mirna : Oke pasti you bela diri. Cuma nanti saya mau lihat TKP juga. Nggak pernah tuh ya bau jamu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Tidak ada karena kita tuang air panas di depan tamu. Lalu Mbak Hani sama Mbak Mirna datang duduk di tempat masing-masing. Sudah duduk di tempat masing-masing. Posisi Mbak Mirna di tengah.

Diduga suara penyidik : Waktu datang gimana?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Waktu datang, "Hai", cipika -ipiki biasa. Kita lihat biasa saja. Kita nggak lihat langsung itu.

Diduga suara ayah Mirna : Ada yang aneh nggak? Siapa tahu kan lesbian ini.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh saya nggak tahu. Lalu mereka duduk.

Diduga suara penyidik : Yang mengarahkan duduk?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Oh yang mengarahkan duduk Jessica-nya.

Diduga suara penyidik : Yang ngarahin duduk Jessica? Jadi sudah diblock sama Jessica?

Diduga suara penyidik : Bu Mirna udah kena jaring, dia di tengah.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ini sudah disediain minuman. Kita nggak tahu percakapannya seperti apa karena di CCTV tidak bisa kedengeran. Dia minum satu shot, "slrup.." gitu. Dia ada penolakan, ada gestur "Apa sih!" Terus mukanya kaya panas gitu. Jadi kita hitung dia sampai enam kali melakukan seperti ini. Dia minum sedikit doang. Kemudian dia begini berkali-kali. "Panas...panas...panas..." gitu. Kemudian mungkin dia pikir biasa aja gitu kan. Mbak Hani ini panik.

Diduga suara ayah Mirna : orang bener, orang bener.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Dia tanya "Kenapa?" , (Jessica jawab) "nggak tahu, nggak tahu". Nggak lama kemudian dia collapse, kejang, tangannya kaku. Kemudian staf-staf kita datang.

Diduga suara penyidik : Sebentar, saya mau tanya respon daripada si Jessica ini saat dia (Mirna) kejang seperti apa?

Diduga suara ayah Mirna : Tenang katanya.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Yang saya lihat, Jessica itu sebelah saya, itu dia tenang sekali menurut saya dibanding satunya yang panik bukan main.

Diduga suara penyidik : Jadi tenang sekali?

Diduga suara ayah Mirna : Termasuk tenang lah itu.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Justru karena kita mau tolong dia (Mirna). Dia (Jessica) block jalan.

Diduga suara penyidik : Tetep dia berdiri di situ?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Sampai kita minta, "Mbak maaf mbak,". Kita mau ke Mbak Mirnanya. "Oh ya silahkan". Yang handle pertama saya, manager, staf.

Diduga suara penyidik : Saat Mbak datang itu masih duduk Jessicanya? Mbak mau nemuin Bu Mirna mesti lewat Jessica dulu kan? Jadi pada saat datang dia masih dalam posisi duduk begitu? Cuek saja gitu?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe  : Masih duduk.

Diduga suara ayah Mirna : Nggak ada reaksi? Kalau orang kan lihat temen gitu pasti mau nolong.

Diduga suara penyidik : Linglung? Ya, begitu pasti sudah berdiri langsung nolong.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe  : Ada satu lagi manager kita berusaha masuk, karena kita mau menyilang badannya dia (Jessica), kita mau nolong nggak bisa. Sampai kita pikir "Please kalau lu nggak mau bantu, keluar dulu (dari meja). Kita mau bantu. Kalo lu nggak mau bantu please diri dulu karena kita mau lewat." Sampai kita bilang "Mbak maaf mbak, kita mau ke sana. Mbaknya boleh berdiri dulu?" Sampai akhirnya dia bilang "Oh ya silahkan". Sekali doang. Kemudian kita tolong karena dia kaku. Saya sempat ambil tisu. Kemudian mba Jessica ini bilang "Ini minumannya campur apa sih?" Trus karena saya denger, saya "Loh kok minuman gitu?". Saya langsung sadar diri, saya ke bar, saya minta minumannya yang tadi diangkat dari meja itu. Saya minta jangan apa-apain saya langsung masuk ke dalam saya coba. Saya coba karena ada sedotannya, saya coba ditetesin sedikit. Untung saya tetesin sedikit bukan begini ya.

Diduga suara penyidik : Langsung pengaruh?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Saya tetesin ke ujung lidah, itu lidah saya kebas setengah jam. Saya sempet muntah. Bartender saya, kapten saya sempat coba tapi cobanya begini (menirukan suatu gerakan). Dia muntah.

Diduga suara ayah Mirna : Tapi dia nggak ditelan?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Ngga ditelan saja dia muntah. Ada di mulut, dia nggak telan, dia langsung muntah.

Diduga suara penyidik : Itu rasanya pahit gitu?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Pahit, bau...baunya sangat bau kimia. Lidah saya kebas setengah jam. Jadi saya nggak bisa rasa lidah saya.

Diduga suara ayah Mirna : Itu pasti poison. Kalau lihat dari CCTV itu gerakannya sangat cepat. Itu Mirna kaku cepat sekali makanya saya bilang saya ngelihat CCTV sampai merinding. Hanya hitungannya menit sudah kaku.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Dua menit reaksinya. Kemudian Saya kembali lagi ke table. Oh sebelum kembali ke table, saya sempet ambil tisue mau ngelap busanya.

Diduga suara ayah Mirna : Kenapa anda nggak ada pikiran kasih minum susu banyak?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe: Karena sudah nggak responsif Pak. Sudah begini. Kita takut apa yang dikonsumsi itu masuk paru-paru. Langsung masuk paru. Kita ngga mau ambil resiko juga. Karena dia sudah gak responsif dipegang aja sudah nggak bisa..

Diduga suara ayah Mirna : Karena dipikirannya bukan keracunan ya?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Kita dipikiran nggak ada keracunan. Kita pikir, makanya saya sempat tanya Mbak Hani "Mbak maaf boleh telepon keluarganya? Mungkin ada history epilepsi atau minum obat," (Hani jawab) "Saya nggak tahu nomornya, saya nggak tahu keluarganya". (Saksi dari kafe) "Mungkin ada nomor pacarnya atau suaminya?", (Hani jawab) "Oh ya ada suaminya". Mbak Hani lah yang telpon suaminya.

Diduga ayah Mirna : datang suaminya?

Diduga suara saksi : belum pak. Jadi selama dia proses tlp ini, kita udah panggil doorman dari gi bawa wheelchair, ini sudah kaku sudah tidak bisa digerakkan. Otomatis kita...

Diduga suara ayah Mirna : Tapi masih hidup toh?

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Masih...masih.. Orang  dia masih bernafas. Kita minta dia dibawa ke klinik karena lebih baik ditangani oleh yang berpengalaman gitu kan. Oleh dokter. Jadi kita bawa ke klinik. Tapi kaki sudah tidak bisa ditekuk. Kita bantu tekuk, baru bisa dibawa ke klinik. Ditemenin ke bawah.

Diduga suara saksi pria  : jadi pas ada reaksi seperti itu, kan saya juga di belakang restoran, dimana saya dapat laporan ada customer yang lagi sakit. Jadi saya langsung ambil action setahu saya ada klinik di Grand Indonesia. Saya cari ke Pusat Informasi "Tolong dibantu ada dokter nggak. Kalo memang ada dokter tolong dibantu wheelchairnya. Kita pindahkan Mbak Mirna ke kursi roda kita lansung bawa ke klinik. Karena saya yang mengantar sampai klinik. Setelah sampai di klinik baru kita mau angkat dia ke tempat tidur buat di cek dokter, suaminya datang. Dia langsung "Sudah, ke dokter saja.". Saya juga lihat sampai Bu Mirna ini di bawa ke mobil. Cuma oksigen yang dipinjamkan oleh dokter klinik, dokter Yosua. Sudah gitu jalan, saya gatau lagi Pak. Saya kembali ke outlet.

Diduga suara ayah Mirna : Dibawa ke Waluyo, saya sudah tahu deh ceritanya.

Diduga suara penyidik : Posisi dibawa ke ambulance itu masih hidup kan?

Diduga suara saksi pria : Masih. Sempet dia masih lihat gitu.

Diduga suara penyidik : Dibawa ke klinik itu Jessicanya gimana?

Diduga suara saksi pria : Masih ada di situ. Saya lihat yang nyupir itu suami korban terakhir, didepannya itu ada Mbak Hani. Jesiccanya di belakang. Dia sempet kebingungan karena kepalanya (Mirna) itu ditaruh di pahanya Mba Jessica karena saya bilang "Itu jangan tiduran. Kalau mau duduk di situ,kepalanya taruh di atas." Jadi abis itu langsung jalan, kita nggak tahu lagi. Tapi memang saya dengar pihak sekuriti gedung menanyakan data-data. Di situ kita tahu namanya Bu Mirna, dan Jessica memberikan nomor Jessica.

Diduga suara saksi perempuan dari kafe : Karena setiap reservasi itu selalu kita minta nomor telepon. Jadi kalau jam setengah 8 tidak ada kabar , kita yang telepon sendiri ke Jessicanya.***

 

 

 


JAKARTA - Sebuah rekaman percakapan yang diduga antara penyidik, saksi, dan ayah Wayan Mirna Salihin beredar di kalangan awak media.  Namun,


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News