Berang, Obama Akhirnya Bekukan Aset Korut

Berang, Obama Akhirnya Bekukan Aset Korut
Presiden Korea Utara Kim Jong-Un. Foto: AFP

jpnn.com - WASHINGTON –Presiden Barack Obama  memberi sanksi untuk Korea Utara (Korut). Obama menggunakan hak eksekutifnya untuk menandatangani dokumen yang menyebut uji nuklir dan peluncuran satelit Korut sebagai aktivitas ilegal serta menyalahi aturan.

Mulai kemarin (17/3), Negeri Paman Sam membekukan seluruh properti milik pemerintah Korut di seluruh wilayah mereka. Selain itu, AS melarang ekspor dan segala bentuk investasi di negara komunis tersebut. Lebih dari itu, Washington menarget semua individu atau perusahaan yang bekerja sama dengan Korut dan mencatatkan nama mereka dalam daftar hitam alias blacklist AS.

Kali ini Washington tidak hanya menarget individu atau perusahaan AS, melainkan seluruh individu serta perusahaan dari negara mana pun yang bekerja sama dengan Korut.

 ’’AS dan masyarakat global tidak akan pernah bisa menoleransi aktivitas ilegal Korut berupa uji nuklir dan uji balistik. Karena itu, kami akan terus menerapkan sanksi sebagai harga yang harus Korut bayar,’’ tegas Jubir Gedung Putih Josh Earnest.

Uji coba nuklir Korut pada 6 Januari lalu langsung disusul peluncuran satelit ke luar angkasa pada 7 Februari lalu. Dua aktivitas yang menuai perhatian dunia tersebut dianggap jelas-jelas melanggar resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB. Setelah itu, DK PBB pun kembali menjatuhkan sanksi baru yang lebih tegas kepada Korut. DK PBB mempersilakan seluruh negara anggota PBB menginspeksi kargo dari dan menuju Korut.

Berbeda dengan sanksi DK PBB, Obama menegaskan, sanksi terbaru AS itu hanya menarget pemerintahan Kim Jong-un. ’’Rakyat Korut tidak bisa disalahkan. Yang salah adalah pemimpinnya,’’ tandas pemimpin 54 tahun tersebut.

 Meski memerintahkan pembekuan seluruh aset Korut di negerinya, Obama mengaku tidak tahu jumlah aset maupun nominalnya.

Larangan ekspor dan investasi yang ditetapkan Obama menjadi sanksi pertama AS terhadap Korut yang berbau bisnis. Sejauh ini, kerja sama perekonomian, khususnya perdagangan, antara kedua negara sangatlah kecil. Baik secara jumlah maupun nilai. (AFP/Reuters/BBC/hep/c5/ami/flo/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News