Kisah Mantan Guru Berpuasa di Balik Jeruji Besi (1)
jpnn.com - Puasa adalah bulan penuh rahmat. Ampunan bagi semua umat manusia yang bersedia memperbaiki diri. Tak terkecuali, bagi para penghuni ‘ruang pesakitan’ di lembaga pemasyarakatan (Lapas) Mataram. Berikut kisahnya.
LALU MOHAMMAD ZAENUDIN, Mataram
KETAT. Harus lewati pemeriksaan dulu. Di pintu pertama, sudah ada dua penjaga Lapas membrondong dengan sejumlah pertanyaan.
Setelah itu, seperti biasa, isi buku tamu. Sayang, waktu banyak terbuang percuma di sini. Hampir 15 menit. Tanpa makna.
Seorang petugas, berewok dan berambut tipis duduk dibalik meja. Tubuhnya gempal. Duduk, santai. Tapi, sorot matanya awas sekali, menyelidik. Meski tak banyak bertanya.
Ia hanya melontarkan satu dua kata saat menanyai keperluan Lombok Post (JPNN Group). Selebihnya ia banyak berbincang dengan rekan-rekannya. Lalu mengisi sebuah kertas. Sepertinya, laporannya.
“Harusnya bersurat dulu ke Kemenkumham, baru ke mari,” kata dia kemudian.
Meski banyak waktu terbuang percuma, hanya untuk menunggu hal yang tak dijelaskan, Lombok Post akhirnya diizinkan masuk ke dalam Lapas. Setelah sebelumnya menyerahkan bukti tanda pengenal wartawan.
Puasa adalah bulan penuh rahmat. Ampunan bagi semua umat manusia yang bersedia memperbaiki diri. Tak terkecuali, bagi para penghuni ‘ruang
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri