Persaingan Operator Seluler Bikin Tarif Kian Murah? Ini Saran untuk Pemerintah

Persaingan Operator Seluler Bikin Tarif Kian Murah? Ini Saran untuk Pemerintah
Anggota DPR dari Fraksi PKD Mahfuz Sidik. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA - Mantan Ketua Komisi I DPR, Mahfuz Sidik mengingatkan pemerintah agar mencermati persaingan tarif antar-operator seluler. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mewanti-wanti agar jangan sampai persaingan yang semakin sengit antar-perusahan penyedia jasa layanan seluler malah membuat masyarakat konsumen jadi korban.

Mahfuz menyatakan hal itu setelah mendengar kabar bahwa pemerintah sedang menyiapkan peraturan tentang infrastruktur telekomunikasi yang bida digunakan bersama-sama oleh operator yang ada, sekaligus biaya interkoneksi antar-penyedia jasa seluler. Menurut dia, karena bisnis telekomunikasi memang padat modal maka penggunaan infrastruktur bersama dan pengaturan biaya koneksi bisa membuat masyarakat konsumen menikmati tarif murah.

“Kebijakan ini memang bisa mendorong percepatan peningkatan layanan telekomunikasi dan penggelaran infrastrukturnya di berbagai daerah di Indonesia. Walhasil, tarif koneksi yg harus dibayar konsumen juga bisa semakin murah,” ujarnya melalui layanan pesan, Senin (4/7).

Namun, katanya, pemerintah harus cermat dalam menyusun peraturan itu. Sebab, jangan sampai upaya menciptakan efesiensi biaya justru berakibat pada ketimpangan keuntungan di antara operator.

“Dalam sejarah bisnis telekomunikasi seluler, ada operator yang sejak awal membawa misi penggelaran infrastruktur dan layanan ke wilayah-wilayah Indonesia yang tidak ekonomis secara bisnis. Ini dilakukan oleh Telkom dan Telkomsel. Sementara sejumlah operator lain yang masuk belakangan cenderung konsentrasi pada pasar perkotaan,” tuturnya.

Mahfuz menuturkan, bisnis telekomunikasi di Tanah Air saat ini merupakan sektor yang sangat menjanjikan. Bahkan, SIM card yang aktif di Indonesia saat ini sudah melebihi jumlah penduduk. “Jumlah pengguna SIM card saja sudah lebih dari 300 juta,” sebutnya.

Hanya saja, katanya, ternyata kini tinggal lima operator seluler di tengah pasar bisnis telekomunikasi yang besar. Penyebabnya adalah industri telekomunikasi yang memang padat modal dengan tingkat persaingan tinggi.  “Faktor ini juga yang mengundang banyak investor dari negara lain masuk ke Indonesia,” sambungnya.

Lebih lanjut anggota DPR dari daerah pemilihan Cirebon-Indramayu itu menambahkan, kepentingan masyarakat konsumen adalah mendapatkan layanan koneksi yang mudah dan cepat dengan biaya semurah mungkin. Namun, melihat luasnya Indonesia maka operator memang harus menyediakan dana besar. Terutama untuk membangun infrastruktur di wilayah pedesaan dan Indonesia timur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News