1.357 Napi Kabur, Hilang Entah ke Mana

1.357 Napi Kabur, Hilang Entah ke Mana
Kerusakan di Kota Palu, Sabtu (29/9) akibat gempa bumi dan tsunami. Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS

Utami menyatakan, timnya masih melakukan penyelidikan penyebab kebakaran. Memang ada dugaan bahwa ada yang sengaja membakar, namun penyebab lain juga mungkin terjadi. Di Lapas memang terdapat dapur yang digunakan untuk memasak. Di situ juga terdapat beberapa tabung gas.

Utami juga tidak mempermasalahkan perlawanan atau provokasi yang dilakukan oleh para napi. “Ini bisa dimaklumi karena secara naluriah mereka ingin menyelamatkan jiwanya, juga mengetahui kabar keluarga mereka,” jelas Utami.

Kepala Biro Humas Ditjen Pas Ade Kuswanto mengungkapkan, para napi diberi waktu seminggu untuk berkeliaran bebas mencari dan berkumpul dengan keluarganya. Lewat Seminggu, mereka wajib lapor dan kembali ke Lapas masing-masing.

Setelah seminggu, Dirjen Pas akan mulai membentuk satuan tugas (satgas) khusus untuk mencari para napi yang belum kembali ke lapas. “Ada 3 kemungkinan, bisa saja masih berkumpul dengan keluarganya, jadi korban gempa atau tsunami, atau memang melarikan diri,” jelasnya.

Kondisi Lapas Palu rusak parah, bangunan utama dan tembok kelilingnya roboh. Ade menyatakan kerusakannya sudah 80 persen. Demikian juga lapas-lapas yang ada di sekitar Palu, Donggala, dan Sigi rata-rata mengalami kerusakan. ”Sementara kami minta bantuan pada lapas-lapas lain di sekitar Sulteng untuk menampung warga binaan,” pungkasnya.

Menteri Koordinator Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkopolhukam) Wiranto memastikan tidak ada napi kasus terorisme yang turut kabur setelah gempa di Palu dan Donggala. Lantaran dua hari sebelum gempa atau pada Rabu (26/9) napi tersebut sudah dipindahkan ke Nusakambangan. ”Kalau ndak ya (napi terorisme, Red) ikut kabur. Lebih runyam lagi,” kata Wiranto.

Dalam waktu sepekan, total 1.357 tahanan yang kabur itu dihimbau untuk kembali ke ruang masing-masing. Tapi, dia juga mengingatkan bahwa kebutuhan tahanan juga harus tersedia. ”Tentu kita harus menyiapkan seminggu kemudian ada makanan ada air dan sebagainya, kalau tidak ya mana bisa ini sudah pekerjaan kita,” tegas dia. (tau/jun/idr)


Pasca gempa dan tsunami di Sulteng, lapas-lapas dan rutan yang semuanya overkapasitas itu kehilangan rata-rata 90 persen penghuninya, napinya kabur.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News