17 Tahun di Taman Lawang, Kini Merintis Jadi Pengacara

17 Tahun di Taman Lawang, Kini Merintis Jadi Pengacara
Yulianus Rettoblaut. Foto : Ridlwan Habib/JAWA POS
Komunitas transgender alias kaum waria masih dipandang sebelah mata masyarakat Indonesia. Hinaan, cacian, dan pengucilan adalah "makanan" mereka sehari-hari. Yulianus Rettoblaut, waria yang baru lulus dari Fakultas Hukum Universitas Islam At Tahiriyah, Jakarta, ingin mengubah pandangan jelek itu.

RIDLWAN HABIB, Depok

MENCARI rumah sekaligus salon milik Yuli "panggilan akrab Yulianus Rettoblaut" tidak sulit. Meski berada di tengah permukiman padat penduduk di kawasan Meruyung, Depok, Jawa Barat, salon Yuli cukup terkenal. Lokasinya sekitar 200 meter timur masjid berkubah emas Dian Al Mashri yang kondang karena menjadi objek wisata religi.

 

"Cari salon Mbak Yuli ya, masuk saja gang golf itu, terus belok kiri," ujar seorang ibu di depan kompleks masjid saat Jawa Pos menanyakan arah jalan salon Yuli.

 

Satu jam menjelang ibadah salat Jumat (14/8), suasana salon dengan delapan meja rias itu sepi. Tidak ada satu pun pelanggan yang datang. Yuli ditemani dua rekannya sedang santai di ruang kecil samping salon. Mengenakan baju merah dengan riasan muka tebal, dia menyambut ramah. "Ayo, ayo masuk. Susah nggak tadi cari alamatnya," tanya Yuli.

Komunitas transgender alias kaum waria masih dipandang sebelah mata masyarakat Indonesia. Hinaan, cacian, dan pengucilan adalah "makanan"

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News