19 Tahun Hidup di Pulau Tikus, Kesetiaan Kalahkan Ketakutan
Dia menceritakan, pondoknya sebagai tempat tinggal sudah lebih sepuluh kali berpindah tempat.
“Karena tergerus ombak terus, jadi sudah sering pindah,” katanya.
Saat ini saja, pondok yang mereka tinggali sudah berada di pinggir pantai laut. Dia sudah merencanakan memindah ke tengah pulau. Seminggu terakhir, terpaksa tak bisa tidur, karena setiap malam air laut pasang hingga 2 meter.
“Air masuk ke pondok, bahkan sampai ke tengah (daratan) saat ada gelombang,” tuturnya.
Jika malam hari suasananya sudah pasti sepi dan sunyi. Hanya mereka berdua tinggal di pulau itu, sehingga suasana kehidupan tak seperti di perkampungan.
Mendengarkan siaran radio RRI, satu satunya hiburan memecah kesunyian.
Tapi, diakui Nurhayati, rasa takut dan was-was tetap dirasakan setiap saat.
Meski demikian, tetap menjadikan pulau ini sebagai tempat untuk hidup berdua.
KESETIAAN sebagai pasangan suami istri mengalahkan rasa takut. Ganasnya ombak laut yang menerjang Pulau Tikus tak membuat nyalinya ciut. Berikut
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor