2015 Disebut Tahun Terbaik Industri Film Australia dalam 2 Dekade Terakhir
"Saya pikir kami benar-benar membahayakan masa depan industri kami, untuk beberapa keuntungan jangka pendek," sebutnya.
Geoff takut, menghapus serikat pekerja dari sistem persamaan bisa mengarah ke kondisi deregulasi total, dan akhir dari batasan terhadap warga asing yang bekerja pada produksi Australia.
Berdasarkan aturan bagi film yang didukung wajib pajak, setidaknya 50% dari peran utama dan 75% dari peran pembantu harus diisi oleh pemain Australia.
Geoff Morrell mengatakan, penjualan tiket bioskop atau box office Australia yang mengesankan tahun ini memungkiri kerapuhan sebenarnya dari industri lokal.
"Krisis di industri kami- dan itu adalah krisis yang diakui -adalah bahwa film Australia, bahkan dengan bintang internasional di dalamnya, beruntung untuk bisa mencetak 100.000 dolar (atau setara Rp 1 miliar) dalam musim mereka," utaranya.
Ia mengungkapkan, "Begitu pula jawaban untuk membuat lebih banyak untung, atau begitu pula jawaban untuk melihat industri tersebut dan berkata, 'Bagaimana kami membuat film yang akan berbicara kepada kami dan kepada penonton internasional?.”
"Saya percaya, jawabannya adalah tidak dengan membiarkan impor bebas aktor sebanyak yang mereka inginkan. Saya pribadi hanya tak percaya itulah jawabannya, dan itu bisa menyebabkan lebih banyak kerusakan jangka panjang dari yang diduga banyak orang," terangnya.
Tapi tak semua aktor merasakan hal yang sama.
Industri film Australia telah menunjukkan taringnya dalam jumlah penjualan tiket lokal pada tahun ini, dan menjadikan tahun 2015 sebagai tahun terbaik
- Apakah Bentrokan Indonesia dengan Kapal Tiongkok di Laut China Selatan Pertanda Konflik?
- Jenazah WHV Asal Indonesia Belum Dipulangkan, Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki
- Dunia Hari Ini: Ratusan Warga Sudan Meninggal Akibat Serangan Paramiliter
- Prabowo Targetkan Indonesia Swasembada Pangan, Bagaimana Reaksi Australia?
- Dunia Hari Ini: Calon Pengganti Pemimpin Hizbullah Tewas Dibunuh
- Dunia Hari Ini: Respon Inggris Setelah Senator Aborigin Sebut Charles 'Bukan Raja Kami'