48 Tahun Hidup Tanpa Kartu Identitas, Sukaesih Hidup Lontang-Lantung

48 Tahun Hidup Tanpa Kartu Identitas, Sukaesih Hidup Lontang-Lantung
Sukaesih bersama tiga anaknya meminta pertolongan supaya memiliki kartu identitas. Foto Mesya/jpnn.com

"Anak saya tiga-tiganya tidak punya akte kelahiran. Yang punya kartu identitas cuma suami saya, itupun sudah mati dan tidak diurus lagi karena harus bayar," ungkapnya.

Diceritakannya, kenapa sampai dirinya tidak punya kartu identitas. Sejak lahir, kedua orang tua Sukaesih tidak mencatatkannya di Dukcapil. Sukaesih hanya ingat tanggal bulan tahun kelahirannya.

Saat duduk di bangku SD kelas III (wilayah Serpong), orang tuanya meninggal dunia. Sukaesih hidup sebatang kara bersama adik-adiknya.

Untuk bertahan hidup, Sukaesih hijrah ke Bogor bekerja jadi buruh. Sukaesih pernah mencoba mengurus KTP, namun salah jalan karena lewat calo. Nama dan tahun kelahiran memang nama Sukaesih, namun NIK-nya milik orang lain.

Padahal saat itu Sukaesih sudah mengeluarkan uang Rp 200 ribu.

Trauma dengan kejadian itu, Sukaesih menggunakan identitas adiknya ( ijazah dan KTP). Dengan modal itu Sukaesih bisa diterima kerja sebagai pelayan. Sukaesih berhenti bekerja setelah menikah dengan suami pertama.

Namun takdir berkata lain, Sukaesih menjadi janda di usia belia dan akhirnya bertemu dengan suami keduanya.

Setelah menikah dengan suami keduanya, Sukaesih menetap di Cilodong Depok hingga melahirkan tiga anaknya. Sukaesih yang hidup dengan identitas adiknya, kembali mencoba mengurus KTP atas namanya sendiri. Lagi-lagi, upayanya gagal karena dipersulit aparat kelurahan.

KARTU ident‎itas wajib dimiliki setiap warga negara Indonesia (WNI). Namun, fakta di lapangan, masih banyak WNI yang tidak mengantongi kartu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News