Abu Bakr dan Perjuangan Pembebasan Budak

Abu Bakr dan Perjuangan Pembebasan Budak
Kaligrafi nama Abu Bakr di Istanbul, Turki. Foto: Public Domain.

Orang-orang mendatangi Abu Bakr dan mengadu padanya bahwa Muhammad mulai ngelantur omongannya.

“Kalian berdusta…” tandas Abu Bakr, setelah mendengar penjelasan sejumlah orang.

“Sungguh,” jawab mereka. “Dia (Muhammad) di masjid sedang berbicara dengan orang banyak.”

Hari itu, Muhammad mengumumkan bahwa semalam dirinya telah melakukan perjalanan dari Masjidilharam ke Masjidilaksa. Bahkan sempat sembahyang di sana.

Cerita itu membuat, jangankan musuh-musuhnya, orang yang telah masuk Islam pun menganggapnya membual. Mengingat, perjalanan kafilah Mekah-Syam yang terus menerus pun memakan waktu sebulan pergi dan sebulan pulang.

Abu Bakr langsung menuju masjid. Dia mendengarkan Rasulullah mengisahkan suasana di Baitulmukadas—kota yang pernah dikunjungi Abu Bakr. 

“Selesai Nabi melukiskan keadaan mesjidnya, Abu Bakr berkata: Rasulullah, saya percaya…sejak itu, Muhammad memanggil Abu Bakr gelar as-sidiq,” tulis Haekal.

“Sesudah peristiwa Isra itu,” sambung Haekal, “sebagai orang yang cukup berpengalaman akan seluk beluk perbatasan, Abu Bakr tetap menjalankan usaha dagangnya.”

Pendek kisah, setelah Nabi Muhammad wafat, Abu Bakr dipilih menjadi pemimpin Islam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News