Ada Sosok-sosok ini Di Balik Pengumpulan Ayat Al Quran

Ada Sosok-sosok ini Di Balik Pengumpulan Ayat Al Quran
Satu di antara tulang koleksi Zaid bin Sabit saat mengumpulkan mushaf Quran. Foto: Public Domain

“Saudara-saudara muslimin,” pidato Bin Mas’ud suatu waktu. “Aku tidak diikutsertakan dalam penulisan mushaf-mushaf dan mengangkat orang lain. Sungguh ketika aku sudah masuk Islam, dia masih menjadi biang kafir!”

Yang dimaksud Zaid bin Sabit. Abdullah juga memprovokasi penduduk Iraq untuk tidak membantu pekerjaan Zaid. “Aku mempertahankan mushafku. Barang siapa yang mau mempertahankan mushafnya lakukanlah…”

Di hadapan orang banyak, Abdullah bin Mas’ud menyeru…

“Pertahankanlah mushaf-mushaf kalian. Bagaimana kalian menyuruh aku membaca menurut bacaan Zaid bin Sabit sedang aku sudah belajar kepada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam tujuh puluh surah sementara Zaid bin Sabit masih berkepang dua, bermain-main dengan sesama anak-anak.”

“Demi Allah,” Abdullah bersumpah. “Ketika Quran diwahyukan aku tahu kapan dan untuk apa diwahyukan. Tak ada orang yang lebih tahu dari aku tentang kitabullah. Aku bukan orang yang terbaik di antara kamu. Kalau aku mengetahui ada orang yang lebih tahu tentang kitabullah dari aku yang dapat dicapai dengan unta, niscaya kudatangi dia.”

Menurut penelitian Muhammad Husain Haekal, si penulis biografi Nabi Muhammad, Abu Bakr Siddiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, “memang benar Abdullah bin Mas’ud veteran Badr, sedang Zaid bin Sabit bukan. Benar Abdullah lebih dulu masuk Islam dari pada Zaid. Tapi, Zaid adalah sekretaris Nabi.”

Nama lengkapnya Abu Kharijah Zaid bin Sabit bin adDahhak bin Zaid bin Laudan bin Amr bin Abd Manaf bin Ganam bin Malik bin an-Najjar al-Khazraji.

Hidup sepanjang 611 hingga 655 Masehi.

Zaid bin Sabit diangkat menjadi sekretaris Nabi Muhammad untuk menulis wahyu yang turun. Juga bertugas menulis surat-surat kepada orang Yahudi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News