Ada Tragedi di Balik Azan Pitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Ada Tragedi di Balik Azan Pitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Tujuh orang mengumandangkan azan pitu beberapa waktu lalu. Jubah warna putih menandakan muazinnya berasal dari Keraton Kasepuhan. Foto: OKRI RIYANA/RADAR CIREBON

Hingga sekarang, azan pitu masih dilakukan saat Salat Jumat.

Azan pitu bukan sekadar tradisi yang diturunkan sejak Sunan Gunung Jati. Ada nilai spiritual di dalamnya.

Orang yang mengumandangkan azan bukan sembarang orang. Dia harus menjadi petugas kaum di Masjid Sang Cipta Rasa.

Menjadi petugas kaum itu biasanya turun-temurun. Namun, kalau tidak ada yang melanjutkan, maka dicari kerabat atau orang yang berada di sekitar Masjid Agung.

Azan pitu berhubungan saat Sunan Gunung Jati mendirikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Sejak abad ke-14 Masehi azan pitu sudah dikumandangkan. Khusus pada Salat Jumat. Azan ini dimulai ketika adanya kisah menjangan gulung yang menyebarkan racun di masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Adanya racun tersebut membuat para jemaah ketakutan datang ke masjid. Hingga racun itu membuat salah satu muazin meninggal dunia.

Konon ada yang menyebar racun itu untuk menguji kedigdayaan Sunan Gunung Jati.

Pelaksanaan azan pitu sendiri dilakukan saat azan pertama. Sementara untuk azan kedua, hanya dilakukan satu orang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News