Adi Taroepratjeka dan Mia Handayani, Pasutri Tester Kopi

Teliti Rasa dari Unsur Tanah dan Kecepatan Angin

Adi Taroepratjeka dan Mia Handayani, Pasutri Tester Kopi
SEJOLI KOPI: Mia Handayani (kiri) dan Adi Taroepratjeka (kanan) mejeng di lukisan bertema kopi. Foto; Agung Putu Iskandar/Jawa Pos
 

Dalam pelatihan sebagai tester kopi, Adi belajar mengetes kopi. Untuk menguji kopi, ada standard operating procedures yang harus ditaati. Misalnya, berapa gram bubuk kopi yang digunakan, berapa mililiter airnya, kandungan mineral, dan suhu. Dari situlah, unsur-unsur pembentuk rasa kopi bisa dipilah-pilah.

 

Adi mengatakan, paduan unsur pembangun rasa kopi itulah yang membedakan "identitas" kopi. Kopi yang banyak unsur asam, biasanya, dikenali dari jenis tanah yang mengandung phosphoric acid. "Biasanya yang begitu itu kopi dari Afrika. Rasanya agak sedikit kecut-kecut," ucapnya.

 

Lain lagi dengan kopi dari daratan Amerika Selatan. Kopi dari kawasan itu memiliki kekentalan dan rasa pahit yang khas. Hampir tidak ada unsur rasa yang lain. "Kopi mereka "sangat kopi"," ungkap Mia.

 

Bagaimana dengan kopi Indonesia" Menurut Adi, spektrum rasa kopi Indonesia sangat luas. Mulai kopi Sumatera, Bali, Cirebon, hingga sejumlah wilayah Jatim. Bahkan, perusahaan kebun kopi di Jatim menanam kopi yang sudah pasti pelanggannya. Misalnya, kopi yang ditanam di Belawan, Bondowoso, spektrum rasanya sudah fasih dengan lidah orang Italia.

Bermodal cinta pada kopi, sejoli Adi Taroepratjeka dan Mia Handayani akhirnya menjadi tester kopi kelas dunia. Mereka mengabdikan hidup sebagai tester

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News