Akibat Kematian Remaja, Queensland Makin Ingin Batasi Jam Penjualan Alkohol

Jaksa Agung Yvette D'Ath mendorong usulan itu, dan mengatakan bahwa usulan undang-undang itu akan membantu mendorong perubahan budaya.
"Kita perlu mengubah budaya di negeri ini di mana kita berpikir kita bisa minum alkohol di ruang publik sepanjang hari untuk menikmati diri kita sendiri," utaranya.
Perwakilan industri minuman beralkohol berpendapat perubahan tersebut akan merugikan perekonomian Queensland tanpa membatasi kekerasan.
Nick Braban dari lembaga ‘Our Nightlife Queensland’, mengatakan, industrinya akan menderita di bawah undang-undang baru ini.
"Akan ada kerusakan ekonomi yang signifikan untuk negara bagian Queensland. Kami memperkirakan nilainya mencapai kisaran setengah miliar dolar (atau setara Rp 5 triliun) dan kita sedang mempertaruhkan 6.000 lapangan kerja di seluruh Queensland," belanya.
Ia juga menyuarakan kekhawatiran bahwa hukum ini mendorong kekerasan berpindah dari jalanan ke rumah-rumah.
"Mereka di tengah masyarakat yang melakukan kekerasan tak akan berhenti hanya karena klub malam tutup lebih awal. Kita hanya akan memindahkan masalah ke dalam ruang domestik," pendapatnya.
Pemerintah Queensland mengusulkan undang-undang baru tentang perizinan minuman keras yang lebih ketat untuk membantu memberantas kekerasan akibat
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya