Aku Rindu Indahnya Langit Biru

Aku Rindu Indahnya Langit Biru
ILUSTRASI. FOTO: JPNN.com

“Saya sebagai pribadi, ingin memisahkan diri dari NKRI. Bukan karena saya tak punya rasa kebangsaan. Tapi karena kalian di pusat, tak merasakan kami ini bangsa Indonesia,” tulis Noviwaldy.

Politisi Demokrat ini juga memposting dua foto tentang kondisi kota Pekanbaru, yang bagai hilang ditelan asap.

“Ya Allah, apakah kami sudah engkau panggil? Atau kami tinggal di awan? Tetangga kami sudah hilang,” tulis Noviwaldy menggambarkan betapa parahnya pekat asap di Riau.

Seperti biasa, asap hari ini masih parah. Bahkan rumah tetangga depan rumah saja, tak terlihat tertutup asap.

BMKG Pekanbaru melansir, jarak pandang hanya berkisar 50-100 meter di Ibukota Riau. Hingga saat ini korban akibat asap dari 12 kabupaten dan Kota di Provinsi Riau, sudah tembus 43 ribu jiwa.

Di Kota Pekanbaru saja, korban terpapar asap sudah lebih dari 4 ribu jiwa, mayoritas terkena ISPA. Riau sendiri sebenarnya bukan penghasil titik api.

Jumlah titik api di Provinsi ini relatif kecil bahkan kemarin mencapai titik nol. Asap pekat yang bertahan dua pekan ini, berasal dari kebakaran lahan di Provinsi Sumatera Selatan dan Jambi. Jumlahnya mencapai ratusan titik api.

“Kita ini korban. Tapi paradigma masyarakat dan pemerintah nasional, titik apinya di kita. Desaknya ke kita, harusnya desak Gubernur Sumsel dan Jambi untuk padamkan titik api mereka,” tegas Plt Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman.

Rasanya begitu sesak. Saat oksigen harus berganti dengan karbon monoksida, unsur berbahaya dari dampak kebakaran hutan dan lahan. Bukan hitungan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News