Alasan Ansy Lema Gelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di SMAN 1 Rote Barat Laut

Alasan Ansy Lema Gelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di SMAN 1 Rote Barat Laut
Anggota DPR/MPR RI Fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema menggelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di SMAN 1 Rote Barat Laut, Sabtu (26/9/2020). Foto: Humas MPR RI

Sejak dicetuskan Bung Karno pada 1 Juni 1945, Pancasila telah menjadi pandangan hidup, falsafah dasar, dan pemersatu bangsa. Pancasila merupakan pegangan-tuntunan dalam hidup bersama. Bhineka Tunggal Ika adalah niai yg merekatkan Indonesia sebagai bangsa; UUD 1945 merupakan konstitusi final yang mengatur norma-norma penyelenggaraan kehidupan berbangsa di Republik Indonesia: dan NKRI adalah harga mati bagi kita sebagai anak bangsa.

Pada kesempatan itu, Ansy menceritakan sejarah Soekarno ketika ia diasingkan di Ende pada tahun 1934-1938. Selama empat tahun pengasingan di Ende, Soekarno merenung dan memikirkan falsafah negara Pancasila. Di bawah pohon Sukun di Ende, Soekarno menemukan lima butir mutiara, karena melihat bagaimana harmoni angara umat Islam dan Katolik yang hidup berdampingan di Ende.

“Dengan kata lain, Ende, NTT telah menjadi bagian dalam sejarah dan pemikiran Pancasila, sehingga nilai-nilai Pancasila harus terus dijaga baik dalam gagasan maupun perilaku. Maka sebagai generasi muda NTT, kita harus melestarikan Pancasila melalui penerapan praktis sehari-hari di sekolah, rumah, maupun masyarakat,” katanya.

Ketika berkunjung ke Rote Ndao, Ansy mengaku telah mengalami bahwasanya toleransi dan iklusivitas sudah menjadi karakter asli Rote Ndao yang harus dijaga, bila perlu ditingkatkan. Para pelajar wajib menjaga dan mengembangkan toleransi dan keterbukaan tersebut dalam hidup sehari-hari. Sebagai wajah bangsa di perbatasan, Rote adalah miniatur Indonesia tentang toleransi dalam keberagaman.

Mantan dosen itu menekankan bahwa penerapan Pancasila itu harus dimulai dari hal-hal kecil seperti tidak menyontek, disiplin, dan menggunakan masker selama pandemi COVID-19. Di rumah, penerapan Pancasila bisa dilakukan dengan membantu orang tua dan menghargai penghuni rumah. Di masyarakat, para siswa dapat membantu-menolong sesamanya yang berkurangan.

“Penerapan Pancasila bisa dimulai dari hal-hal kecil, di sekolah, rumah, maupun dalam masyarakat. Yang penting kita menerapkannya secara konsisten,” lanjut Ansy.

Dalam sosialisasi tersebut, siswa-siswa SMAN 1 Rote Ndao sangat antusias dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai Pancasila, ancaman radikalisme, dan pendidikan di Rote Ndao. Mereka bersepakat bahwa radikalisme dan intoleransi merupakan masalah dan tantangan yang harus dijawab. Pancasila harus tetap menjadi dasar dan pedoman negara. Karena itu sosialisasi ini perlu dilakukan kepada teman-temannya di sekolah-daerah yang lain.

“Saya sangat terkesan dan senang karena mereka antusiasis dan pertanyaan mereka sangat kritis. Itu tanda mereka mau maju. Generasi muda harus memiliki tiga hal: kompetensi, karakter, dan jaringan. Tiga kunci keberhasilan. Banyak tokoh-tokoh besar yang sukses datang dari Rote Ndao. Teladan-teladan ini harus menjadi inspirasi bagi anak-anak Rote Ndao untuk mengejar mimpi dan selalu disiplin belajar,” tambah Ansy.

Ansy mengaku telah mengalami bahwasanya toleransi dan iklusivitas sudah menjadi karakter asli Rote Ndao yang harus dijaga.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News