Alhamdulillah, Rupiah Menguat, Ini Pemicunya

Alhamdulillah, Rupiah Menguat, Ini Pemicunya
Nilai tukar rupiah mulai menguat terhadap dollar AS. Foto: dok.JPNN

Sedangkan langkah BI mempertahankan BI Rate, meredam kegundahan investor yang sempat memproyeksi BI Rate akan kembali diturunkan mengingat deflasi pada Januari dan Februari.

Wijayanto menyebut, jika BI kembali menurunkan BI Rate, maka pasar akan menangkap sinyal bahwa hal itu merupakan kebijakan jangka menengah untuk secara gradual kembali menurunkan BI Rate.

Berdasar pengalaman, penurunan BI Rate memang mudah sekali memicu capital outflow atau pelarian modal ke luar negeri. "Kalau pasar punya persepsi seperti itu, akan memicu capital outflow besar-besaran," katanya.

Wijayanto mengatakan, yang perlu dilakukan saat ini memang menenangkan pelaku pasar, investor, dan masyarakat. Sebab, dalam kondisi depresiasi tajam hampir semua mata uang global terhadap USD seperti satu bulan terakhir, pasar menjadi mudah panik.

Akibatnya, nilai tukar mata uang tidak lagi ditentukan faktor fundamental, namun lebih tergantung pada faktor psikologis. "Apalagi, herd behavior (perilaku ikut-ikutan jual atau beli) masih sangat dominan," jelasnya.

Padahal, lanjut dia, performa rupiah sebenarnya tidak buruk. Bahkan kalau ditarik grafik dari Januari 2014 hingga Maret 2015, rupiah sebenarnya menguat terhadap ringgit Malaysia, dolar Singapura, yen Jepang, dan dolar Australia. Apalagi, berdasar historis pergerakan rupiah, setiap tahun rata-rata terdepriasi sekitar 5 persen terhadap USD.

"Artinya, dalam kondisi normal saja,level 13.000 per USD ini juga akan tercapai, apalagi saat ini ada fenomena penguatan USD," ujarnya.

Karena itu, menurut Wijayanto, yang harus dilakukan pemerintah dan BI saat ini adalah menjaga stabilitas rupiah agar tidak terlalu volatil. Jika memang rupiah harus melemah terhadap USD karena faktor global, maka pelemahan tersebut harus landai, tidak boleh terlalu tajam.

JAKARTA - Kemarin rupiah mulai rebound atau menunjukkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (USD), setelah terdepresiasi enam hari berturut-turut.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News