Ambon Manise, Saksi Toleransi Agama di Indonesia

Ambon Manise, Saksi Toleransi Agama di Indonesia
Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua di Ambon. Foto: Natalia/JPNN

jpnn.com, AMBON - Berpuluh-puluh tahun lalu, Kota Ambon pernah menyimpan kisah kelam kerusuhan dengan isu agama yang sangat sensitif.

Tapi itu adalah cerita masa lalu. Kini kota yang dikelilingi perbukitan dan teluk itu, adalah tempat yang penuh kedamaian dan dihiasi toleransi antarumat beragama. Tak terbatas jarak, suku dan agama.

Hal itu juga yang ingin ditunjukkan Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua pada semua masyarakat Indonesia lewat perhelatan Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) I umat Katolik yang digelar di kotanya pekan ini.

"Selamat datang di Maluku, Ambon semua kontingen Pesparani dari seluruh Indonesia. Semoga suasana di sini tingkatkan persaudaraan kita semua. Kita berbeda kota tapi satu jiwa, satu Indonesia," tutur Zeth saat membuka Maluku Expo hari ini yang merupakan bagian dari rangkaian Pesparani I.

Menurut Zeth ini bukan pertama kalinya digelar acara keagamaan nasional di Kota Ambon. Kali ini digelar untuk agama Katolik. Tapi sebelumnya acara keagamaan akbar dari umat Islam dan Protestan 

Sebelumnya di Ambon juga diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ ) pada 2012 dan Pesta Paduan Suara Gerejawi (PESPARAWI) di 2015 lalu.

MTQ Nasional adalah festival umat Islam di Indonesia yang diadakan sejak 1968 silam. Sementara PESPARAWI Nasional merupakan peristiwa keagamaan umat Protestan yang diadakan sejak 1983. 

Saat itu semua warga Ambon tanpa memandang suku dan agamanya bersama-sama menyukseskan dua kegiatan keagamaan tersebut.

Kota Ambon kini sedang riuh dengan euforia jelang perhelatan Pesparani I dengan peserta 8.000 umat Katolik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News