Analisis Pengamat soal Faktor Sejarah Warga Sumbar Ogah Terima PDIP

Analisis Pengamat soal Faktor Sejarah Warga Sumbar Ogah Terima PDIP
Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri dalam rapat senat terbuka di Universitas Negeri Padang (UNP) di Padang, Sumatera Barat, Rabu (27/9). Foto: publicist PDIP for JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Karyono Wibowo menyatakan ada faktor sejarah yang membuat masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) sulit menerima Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).?

Menurutnya, genealogi politik masyarakat Sumbar saat ini belum lepas dari politik aliran masa lalu.

"Partai Masyumi sangat kuat di wilayah ini. Dalam konteks ideologis pengaruhnya masih kuat hingga sekarang, meskipun dalam konstelasi politik pasca-Pemilu 1955 dan sejak Masyumi dibubarkan ada pergeseran," kata Karyono kepada jpnn.com, Sabtu (5/9).

Direktur eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) itu menambahkan, ada pula faktor sejarah tentang relasi antara Presiden Pertama RI Soekarno dengan tokoh-tokoh Sumbar yang dianggap terlibat pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Karyono menuturkan, ayah Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu dipandang sebagai pihak yang mengerahkan militer untuk menumpas PRRI di Sumbar. “Ini yang membuat sosok Soekarno kurang diterima di Bumi Minangkabau," ulasnya.

Selain itu, Karyono juga melihat faktor lain yang membuat PDIP kurang diterima di Sumbar. Menurutnya, partai berlambang kepala banteng itu tidak memiliki tokoh lokal di Sumbar yang memiliki pengaruh untuk menarik pemilih.

Namun, Karyono mencatat adanya pergeseran kekuatan politik di Sumbar pasca-reformasi. Sebab, pemenang pemilu legislatif di Sumbar selalu berganti sejak 1999.

Pada Pemilu 2004, Golkar menjadi jawara di Sumbar. Namun, lima tahun kemudian pemenang Pemilu 2009 di Sumbar ialah Partai Demokrat.

Pengamat politik Karyono Wibowo menilai faktor sejarah membuat rakyat Sumatera Barat sulit menerima PDI Perjuangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News