Andrea Decker, Biduan Dangdut yang Juga Peneliti

Andrea Decker, Biduan Dangdut yang Juga Peneliti
Andrea Decker. FOTO : Jawa Pos

Perempuan yang mendapat beasiswa Fullbright dari AMINEF tersebut juga shock ketika melihat tawuran untuk kali pertama. Dia tidak menyangka para penonton bisa sampai berantem hanya karena melihat dangdut. Padahal, dalam pandangannya, para penonton dangdut terbilang cukup sopan. ''Masih tidak mengerti kenapa tawuran bisa terjadi sampai sekarang,'' jelasnya.

Selain tawuran, hal yang membuat Andrea geleng-geleng kepala adalah daya tahan anggota tim orkestra. Selama berhari-hari mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam mobil. Berhenti hanya ketika tampil, makan, tidur, dan mandi. ''Mereka bisa selama seminggu seperti itu. Saya kalau ikut dua hari sudah menyerah, setidaknya istirahat dulu sehari,'' lanjut Andrea.

Andrea bukan kali pertama datang ke Indonesia. Pada 2013 dia pernah datang ke Indonesia untuk mengikuti kursus bahasa Indonesia di Malang. Ketertarikannya dengan dangdut berawal dari sana. Gara-gara sebuah pesta pernikahan yang menghadirkan pertunjukan dangdut. Andrea merasa jatuh hati dengan melodi dan cengkoknya. ''Sempat kaget juga. Stereotip yang ada di otak aku itu semua orang Indonesia suka karawitan. Tetapi ternyata ada juga musik dangdut koplo yang seperti ini,'' tuturnya.

Perempuan yang juga mengambil penelitian S-2 tentang dangdut itu tertarik untuk mendalaminya. Ada banyak hal menarik tentang dangdut di matanya. Mulai gender hingga status sosial. Itulah yang dijadikan tema besar dari penelitiannya.

Dalam penelitian tersebut, dia dibimbing dua dosen dari Universitas Gadjah Mada dan Universitas Airlangga. (dwi/c15/ano)

Ketika asyik berduet, Andrea tiba-tiba dikagetkan dengan saweran Dia sempat bingung. Fokus menyanyinya pun terbelah


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News