Angka Kematian Ibu di Surabaya Tertinggi

Angka Kematian Ibu di Surabaya Tertinggi
Angka Kematian Ibu di Surabaya Tertinggi

’’Jika bisa menurunkan separo saja AKI melalui program ini, artinya berkontribusi besar terhadap penurunan AKI,’’ tambahnya.

Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Anung Sugihartono MKes mengatakan, memang di beberapa daerah masih banyak dukun bayi. Namun, Kemenkes sudah memiliki solusi. Yakni, memanfaatkan potensi sumber daya masyarakat melalui pendampingan.

’’Jika ada kepercayaan terhadap dukun bayi, kegiatan yang dilakukan adalah mendampingi dukun itu. Bukan menghilangkan dukunnya agar tidak terjadi gejolak,’’ ujarnya.

Saat ini sudah ada pola bidan pendamping dukun (danpinkun). Program tersebut khusus memberikan arahan kepada dukun bayi bagaimana mencuci tangan, menggunakan sarung tangan, dan memotong tali pusar. Kegiatan itu juga merupakan program dinkes di daerah. ’’Tentu nanti kami sampaikan untuk terus memberikan edukasi ke masyarakat melalui program tersebut,’’ jelasnya.

Kepala Dinkes Jatim dr Harsono menambahkan, salah satu kegiatan tim penggerak PKK adalah mendampingi ibu hamil risiko tinggi. Pendampingan itu dilakukan kader pada masa kehamilan sampai masa nifas. Pasalnya, penyebab terbanyak kematian ibu hamil adalah tekanan darah tinggi dan pendarahan. ’’Sebanyak 50 persen karena preeklampsia. Mereka terlambat dibawa ke bidan,’’ katanya.

Harsono menyebutkan, semula kader mendampingi 400 ibu hamil. Saat melahirkan, mereka semua selamat. Kini kader mendampingi 740 ibu hamil. ’’Seluruhnya pun selamat. Rencananya, terus ditambah kader pendampingan posyandu ini,’’ imbuhnya.

Dalam kegiatan temu kader kemarin, juga ada pemberian penghargaan dan motivasi kepada kader posyandu. Khususnya kader pendamping ibu hamil risti. Penghargaan itu diharapkan semakin memacu para kader untuk ikut bekerja sosial demi menekan AKI. (ayu/mas/hud)

 

SURABAYA – Jumlah angka kematian ibu (AKI) di Kota Surabaya sejauh ini masih tertinggi di Jatim. Berdasar data dinas kesehatan (dinkes),


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News