Angkat Kisah Marching Band

Angkat Kisah Marching Band
Film 12 Menit. Getty Images

jpnn.com - JAKARTA - Pernahkah membayangkan persiapan sebuah tim marching band sebelum tampil" Lebih dari 100 orang memainkan musik dengan apik. Membentuk formasi yang indah, dengan langkah kaki yang serentak, bukanlah hal gampang. Ada proses panjang di balik itu semua. Proses tersebut menginspirasi, seperti yang diangkat dalam film 12 Menit Kemenangan untuk Selamanya.

Film yang disutradarai Hanny R. Saputra tersebut adalah film Indonesia pertama yang berlatar belakang marching band. Ceritanya diangkat berdasar kisah nyata. Yakni, sebuah tim marching band dari Bontang, Kalimantan Timur, bernama Marching Band Bontang Pupuk Kaltim (MBBPKT). Tim tersebut telah sepuluh kali menjuarai Grand Prix Marching Band (GPMB). Tim itu tak terkalahkan meski berasal dari daerah kecil.
 
Regina Septapi, produser, memiliki ide untuk membuat film tentang marching band ketika melihat GPMB pada 2011. "Saya takjub melihat mereka main. Padahal, waktu melihat sebelum tampil, mereka ini kelihatan anak-anak ndeso yang culun. Saya berpikir, memang mereka semua bisa membaca partitur," katanya setelah press screening di Kuningan City, Jakarta. Regina berpikir demikian karena dia tidak tahu.
Demikian juga orang di luar sana yang tidak tahu soal itu. Ternyata MBBPKT adalah macan marching band di Indonesia.
 
Dari situ dia mulai membentuk tim untuk produksi film. Dia mendatangi tim-tim marching band dan mencari pemain. "Tapi, semuanya menolak," jelasnya. Akhirnya, dia berhasil mengajak MBBPKT untuk bermain. Di Bontang sana, tim itu adalah kebanggaan. Anak-anak lokal sangat bangga jika bisa menjadi anggota tim. Dibantu pelatih tim Rene" Conway, akhirnya proses syuting film rampung.
 
Rene dalam film diperankan Titi Rajo Bintang. Rene" yang asli adalah laki-laki. Tapi, dalam film tersebut, Rene diceritakan sebagai perempuan. Rene-lah orang yang berada di balik tim itu. Lalu tokoh Lahang dan Tara diperankan Hudri dan Arum Sekarwangi. Mereka anggota tim MBBPKT.
 
Film tersebut bagi tim marching band sangatlah berarti. Mereka berlatih selama setahun untuk mengikuti kejuaraan yang tampil hanya sekitar 12 menit. "Itulah hasil kerja keras, keringat, dimarahi orang tua dan guru. Kenangan waktu 12 menit itu akan tersimpan selamanya," tegas Hudri.
 
Bagi Titi sendiri, syuting film berlangsung saat dia mengalami masa sulit perceraian dengan Aksan Sjuman, suaminya kala itu. "Semua kru nggak ada yang tahu bahwa saya punya masalah. Nggak ada yang tahu menderitanya kayak apa saya waktu itu," ungkap Titi. Bahkan, awalnya dia berpikir tidak bisa melanjutkan syuting.
 
"Saya lagi rapuh banget waktu itu. Tapi, saya nggak mau jadi artis yang ngerepotin. Karena ada masalah, terus nggak maksimal. Saya menenangkan diri," terangnya. Jadi, ketika sampai di hotel, barulah dia menangis sejadi-jadinya. Dia berdoa supaya esok harinya diberi kekuatan dan memiliki semangat. (jan/c11/nda)


JAKARTA - Pernahkah membayangkan persiapan sebuah tim marching band sebelum tampil" Lebih dari 100 orang memainkan musik dengan apik. Membentuk


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News