Antara Mat Depok dan Belanda Depok

Antara Mat Depok dan Belanda Depok
Misar Daeran anak Mat Depok. Siapapun yang pernah kenal Mat Depok, akan mengira ini fotonya. Sebab, wajah Misar memang mirip sekali dengan ayahnya. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

Perempatan ini saksi penting revolusi sosial di tepi Jakarta, menyongsong proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Di perempatan ini, pada Oktober 1945 massa rakyat berkumpul, mengadakan semacam rapat akbar sebelum menyerbu kaum Belanda Depok, perkampungan ahli waris Cornelis Chastelein (kini disebut Depok Lama). 

“Sebelum menggedor Depok, orang-orang berkumpul di depan rumah saya. Sejak pagi orang-orang dari mana saja terus berdatangan. Ramai sekali. Sampai-sampai perempatan itu penuh,” kenang Misar (lahir 1930), anak kandung Paderan, tempo hari. 

Perempatan tersebut begitu saja dijadikan titik kumpul karena di sana rumahnya Paderan, jawara setempat yang kemudian hari menjadi tokoh laskar rakyat dalam perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia (1945-1949). 

Kira-kira jam 10 pagi, sebagaimana diungkap Misar, orang-orang yang ramai itu bergerak menyerbu kampung Belanda Depok. 

“Ada yang dari Banteng Merah, dari Barisan Pelopor. Ada  BKR. Ada juga petani biasa. Semuanya bergabung,” ungkap Misar yang pada saat itu berusia 15 tahun. “Selisih umur saya dengan bapak, 20 tahunan,” sambungnya.

Tato Mat Depok

Setelah Peristiwa Gedoran Depok, Paderan hijrah ke Karawang, bergerilya bersama pejuang lainnya. Misar ikut menyertai jejak langkah Paderan. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News