Antara Soekarno, Nasionalisme, dan Asian Games 2018

Antara Soekarno, Nasionalisme, dan Asian Games 2018
Komarudin Watubun. Foto: Charlie Lopulua/Indopos/JPNN

Pada Asian Games 1962, Indonesia meraih sebelas emas, 12 perak, dan 28 perunggu.

Mohammad Sarengat meraih medali emas 100 meter sprint dengan catatan waktu 10,5 detik dan medali emas 110 meter lari rintang (14,3 detik).

Sarengat mengikuti saran pelatih asal Amerika Serikat (AS) Tom Rosandich untuk menekuni lari jarak pendek. (Harsuki dan Siregar, M.F. et al., 1991: 352).

Presiden RI Soekarno meletakkan dasar kisah sukses bangsa dan negara Indonesia, merajut, dan membangun nasionalisme melalui olahraga, arsitektur dan infrastruktur.

Maret 1947, wakil RI menghadiri Asian Relations Conference (ARC) di New Delhi (India) yang membahas Asian Games (Wienakto et al, 1958:20).

Tahun 1949, atase pers RI A.B. Lubis menghadiri ARC di New Delhi, yang dihadiri oleh G.D. Sondhi dan Shri Madavindra (India), R.R. Ylanan

(Filipina), Maung Maung Lwin (Birma), Fonseka (Sri Lanka), S. Ghulam Mohammad (Afghanistan), Nur Kan (Pakistan), S. Basnjat (Nepal), dan Sonthi Danasonthun (Thailand).

Tidak ada wakil Tiongkok, Jepang, dan Korea. Wakil sembilan negara Asia ini menyutujui perubahan nama Asian Amateur Athletic Federation menjadi The Asian Games Federation (AGF).

Asian Games 2018 dibuka mirip Olimpiade 2012. Ratu Elizabeth II dan bintang film James Bond seolah-olah terjun ke arena Stadion Olimpiade di London, Inggris.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News