Antisipasi Musim Kemarau, Daerah Diminta Manfaatkan Sumber Air yang Ada

Tidak hanya itu, agar dampak dam parit bisa lebih besar maka pembangunannya bisa secara bertingkat dari hulu ke hilir dalam satu aliran Daerah Aliran Sungai (DAS) mikro.
"Model pengembangan dam parit bertingkat di DAS hulu sangat ideal untuk dikombinasikan dengan pengelolaan air dan sedimen di waduk atau embung besar," kata Sarwo Edhy.
Contohnya dam parit yang dibangun Poktan Mappabengngae III di Kelurahan Tiroang, Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan yang dapat mengairi lahan seluas 75 hektare.
Kemudian di Desa Tundagan, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang. Dam parit yang dibangun Poktan Maju Karya ini luas layanannya 32 hektare.
Sementara pembangunan embung di Desa Pangadegan, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap dibangun dengan dimensi 18×13×2,5 m3. Embung yang dibangun P3A Usaha Tani Makmur itu mampu melayani areal sawah seluas 31 hektare.
"Dari pembangunan embung dan dam parit ini peningkatan IP yang diharapkan semula 200 menjadi 300," ujar Sarwo.
Namun, dia memperingatkan agar pemeliharaan air sungai dan bangunan air tersebut harus dilakukan.
"Supaya ketika musim kemarau debit air tidak kecil, tetapi musim hujan air meluap. Sebaiknya perawatan, pemeliharaan dan konservasi harus dilakukan dari hulu ke hilir," katanya menyarankan.
Mentan SYL meminta Pemda memanfaatkan sumber air yang ada untuk antisipasi musim kemarau mulai Juli mendarang.
- Wamentan Sudaryono Kunjungi Pusat Pertanian di Belanda, Ini Tujuannya
- Kementan Kukuhkan Young Ambassador Agriculture 2025 & Duta Brigade Pangan Inspiratif
- Mentan Amran Sebut Produksi Beras Melonjak, Ini Angka Tertinggi
- Wamentan Sudaryono Optimistis Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia
- Kementan Cetak Petani Muda, Indonesia Jadi Role Model Global
- Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono Jadi Ujung Tombak Mencapai Swasembada Pangan