Apa Kabar Balai Pustaka?

Apa Kabar Balai Pustaka?
Ilustrasi Balai Pustaka. Foto: Capture laman Google.

jpnn.com - PEMERINTAH kolonial Hindia Belanda menyadari betul bahwa literasi merupakan satu di antara strategi kebudayaan yang wajib ditempuh. Tujuannya, penyesuaian budaya Timur dan Barat, dengan tampilnya Barat sebagai pemimpin.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

Lembaga kolonial yang menangani bidang literasi itu bernama Kantoor voor de Volkslectuur, yang kemudian berganti nama jadi Balai Pustaka.
 
Hilmar Farid, yang kini menjabat Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pernah mengulas senarai hikayat Balai Pustaka dalam Jurnal Prisma, edisi Oktober 1991 di bawah judul Kolonialisme dan Budaya: Balai Poestaka di Hindia Belanda.

Melansir data dari buku Balai Poestaka Sewadjarnja 1908-1942 terbitan Yogyakarta 1948, Hilmar Farid menyebut, sejak semula lembaga ini memang tak pernah untung.

Pada 1921 pengeluarannya 553.080 gulden, pemasukan hanya 97.500 gulden.

Pada 1930 pengeluaran 693.242 gulden, dengan pemasukan 261.545 gulden.

Pada 1941 pengeluaran 341.000 gulden, pemasukan 280.000 gulden.

Kendati tak pernah untung secara angka-angka, pemerintah Hindia Belanda tetap memberikan dukungan besar terhadap lembaga ini. Apa sebab? Ini sejarahnya…

Balai Pustaka masih ada. Jika dulu pemerintah kolonial lihai betul mempergunakannya sebagai instrumen strategi kebudayaan, bagaimana dengan hari ini?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News