Aparat Pergi, di TKP Hanya Ada Gerobak Nur yang Penuh Darah

Aparat Pergi, di TKP Hanya Ada Gerobak Nur yang Penuh Darah
Aparat Pergi, di TKP Hanya Ada Gerobak Nur yang Penuh Darah
Menuju rumah Nur harus melewati gang sempit yang hanya cukup dilalui satu motor. Rumah itu sangat sederhana, kira-kira berukuran 8 x 10 meter. Di depan rumah tampak gerobak hik bercat biru yang biasa digunakan Nur untuk berjualan. Menurut Muhono, 42, kakak ipar Nur, setiap hari adiknya berjualan hik mulai pukul 17.00.

Ketika Radar Solo (Jawa Pos Group) datang kemarin siang, rumah Nur tak berpenghuni. Di dalam rumah tampak beberapa perabot, seperti kulkas, sebuah televisi, dan seperangkat kursi tamu. Istri dan dua anak Nur tak berada di rumah. Menurut warga, mereka dibawa polisi setelah baku tembak reda.

Nur menikah dengan Waliyem, 37. Mereka dikaruniai dua anak, Rizky, 9, dan Ririn, 3. Menurut Muhono, sebelum berjualan hik, Nur bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik tekstil di Sukoharjo. Selain berjualan hik, Nur bekerja secara serabutan di siang hari. Pekerjaan itu ditekuni pria asal Desa Besole, Kecamatan Wonosari, Klaten, tersebut sejak enam tahun lalu.

"Kalau siang biasanya kerja serabutan. Kadang buruh tukang bangunan, kadang juga ikut tetangga menjual besi rongsokan," terang Muhono kepada Radar Solo.

Baku tembak antara Densus 88 dan dua orang yang terduga teroris dini hari kemarin memakan korban warga sipil. Nur Iman, yang sehari-hari berjualan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News