Asosiasi: Sektor Ritel Belum Kembali Normal
Kondisi itu sama seperti ekonomi Indonesia, yang secara kuartalan mengalami pertumbuhan positif, tetapi year on on year masih minus.
"Jadi, situasi belum normal dan underperform sekali," tegasnya.
Dari sisi daya beli, ujar Roy, masyarakat yang berada pada posisi ekonomi menengah ke bawah dalam kondisi suffer.
"Yang disebut kehilangan daya beli adalah menengah ke bawah. Karena mereka dirumahkan, praktis dipotong gajinya ada yang 40 persen, atau 60 persen," katanya.
Sementara itu, untuk menengah ke atas persoalannya bukan pada daya beli, tetapi mereka menahan belanja.
Mereka lebih aware bagaimana kesehatan, edukasi dan perkembangan Covid-19, diikuti lewat berbagai berita di media.
"Mereka lebih aware. Untuk mereka keluar rumah itu satu keputusan luar biasa, ketika mereka tahu masih PSBB dan lain sebagainya sehingga mereka menahan belanja," kata dia.
Lebih lanjut Roy menjelaskan pada saat PSBB ketat, kunjungan masyarakat ke retail modern seperti pusat perbelanjaan, mal, dan sebagainya sangat rendah sekali, hanya 15 persen sampai 20 persen dari kondisi normal.
Sektor ritel masih belum kembali normal, daya beli masyarakat menengah ke bawah terganggu sementara masyarakat menengah ke atas menahan belanja.
- TDN Dinilai Sukses Picu Daya Beli Masyarakat
- Aprindo Bongkar Penyebab Harga Beras Naik di Toko Ritel, Ya Ampun!
- Indef Ungkap Potensi Ancaman Ekonomi RI 2024, Dipicu Daya Beli Masyarakat Melemah
- Bicara di Diskusi Pameran Pangan, Ketua Aprindo Beber 3 Tip Bagi UMKM Naik Kelas
- Talkshow di Pameran Pangan Plus Rakernas PDIP, Ketua Aprindo Berbagi 3 Go agar UMKM Naik Kelas
- Diskusi Ketahanan Pangan di Rakernas IV PDIP: Aprindo Dorong Sensus Ekonomi Klaster UMKM