Audit Independen Produksi Ayam Ras 2018 Nasional Surplus

Audit Independen Produksi Ayam Ras 2018 Nasional Surplus
Jumpa pers Hasil Audit Grand Paraant Stock (GPS) Ayam Ras 2018 di Ruang Rapat Utama 1, Direktorat Jenderal PKH pada Kamis (30/8). Foto: dok. Humas Kementan

Sebaran audit tersebut dilakukan di 7 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara dan Kalimantan Barat serta strain (galur) GPS ayam ras broiler yang ada di Indonesia yaitu Cobb, Ross, Indian River dan Hubbard.

Secara teknis, Trioso Purnawarman menyebutkan bahwa mekanisme pelaksanaan audit GPS ayam ras broiler dibagi atas 2 tahap yaitu: tahap pertama, desk review yakni dengan mengisi form/borang self assessment report (SAR); dan tahap kedua, outside review yakni dengan melakukan verifikasi dan observasi dilapangan terhadap populasi GPS ayam ras broiler, manajemen pemeliharaan, penetasan dan kesehatan, serta biosekuriti. Kemudian Tim melakukan evaluasi, valuasi dan rekomendasi hasil audit secara kompehensif.

"Verifikasi dan observasi jumlah populasi GPS ayam ras broiler ini berdasarkan laporan harian kandang (LHK) dan laporan mingguan; lalu jumlah peralatan berupa feeder dan drinker space, nest box dan lampu; serta jumlah GPS ayam ras broiler pada saat vaksinasi terakhir yang dihitung satu per satu sesuai dengan dosis vaksin," kata Trioso.

Mendorong Ekspor

Data yang telah terkonfirmasi hasil audit tersebut jelas menyatakan trend produksi dan permintaan menujukkan bahwa produksi daging ayam di Indonesia sudah surplus, bahkan telah ekspor ke beberapa negara. Hal ini terlihat dari trend rataan pertumbuhan produksi daging ayam ras selama periode (2012 sd 2017) sebesar 8,13 persen dan trend pertumbuhan kebutuhan sebesar 6,00 persen.

I Ketut menyebutkan bahwa saat ini Indonesia telah mampu ekspor daging ayam olahan ke Jepang, Myanmar, PNG dan Timor Leste. Kontribusi volume ekspor 2017 untuk subsektor peternakan merupakan yang terbesar pada kelompok hasil ternak, yakni sebesar 64,07 persen. Salah satunya yang berasal dari daging ayam.

"Secara khusus, ekspor daging ayam tahun 2017 mencapai sebesar 325 ton, meningkat 1.800 persen dibandingkan tahun sebelumnya," terang I Ketut.

I Ketut yakin, pasar Indonesia masih terbuka lebar jika semua pihak mau bersinergi meningkatkan kuantitas, kualitas dan daya saing produksi ayam. "Pasarnya pun masih besar, terutama jika bicara Timur Tengah dan negara-negara mayoritas muslim untuk produk bersertifikasi halal," tutu rI Ketut optimis.

Kementerian Pertanian memastikan kondisi produksi daging (karkas) ayam ras broiler (ayam pedaging) tahun 2018 aman, bahkan surplus.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News