Australia Dianggap Memberikan Harapan Palsu kepada Pelajar Internasional

"Kita punya tanggung jawab untuk bicara apa adanya kepada para lulusan soal kecil kemungkinan untuk menetap secara permanen."
"Untuk kebanyakan lulusan, jawaban yang seharusnya mereka dengar adalah mereka tidak diberikan tawaran hak kerja sehingga mereka bisa pulang lebih awal."
Menimbulkan masalah akibat ketidakpastian
Laporan tersebut mencatat, jumlah pemegang visa 'Temporary Graduate' melonjak dua kali lipat hingga 200.000 sejak tahun 2019.
Mudahnya pemberian kerja di Australia setelah lulus diprediksi bisa melipatgandakan jumlah pemegang visa 'Temporary Graduate' menjadi 370.000 pada tahun 2030.
Brendan mengatakan hal ini malah akan membuat lebih banyak lulusan terjebak dalam ketidakpastian akibat visa, apalagi di tengah tekanan sulitnya menyewa rumah di Australia.
Seperti kebanyakan mahasiswa internasional lainnya, Mufthi Thanzeel belajar di Australia dengan harapan bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai bidangnya setelah lulus kuliah.
Ia juga berharap bisa menjadi 'permanent resident' atau penduduk tetap.
Namun, empat bulan setelah menyelesaikan gelar Masternya di Flinders University Adelaide, nasib pria berusia 27 tahun tersebut masih tidak menentu.
Sebuah laporan terbaru mengatakan lulusan pelajar internasional diberi harapan palsu untuk bisa menetap di Australia
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina