Australia Tak Lagi Membatasi Jam Kerja Mahasiswa Asing di Sektor Rawan COVID-19. Apakah Ini Bentuk Eksploitasi?

Wanita berusia 35 tahun ini mengaku terpaksa menjalani isolasi selama dua minggu setelah seorang rekannya tertular COVID-19.
Namun terlepas dari risiko seperti itu, Judy merasa bersyukur dapat bekerja lebih dari 40 jam per dua minggu.
"Keluargaku mengirimkan uang yang lebih sedikit ketika saya mulai bekerja lebih dari 40 jam. Itu sangat melegakan mereka," ujarnya.
Namun menurut Gabriela D'Souza, pengamat ekonomi dari Committee for Economic Development of Australia, penghapusan batasan jam kerja hanya pada sektor dengan risiko tinggi tertular COVID-19 "bukan kebijakan yang baik".
Gabriela menilai batasan tersebut seharusnya dihapus untuk semua sektor, karena akan memberikan lebih banyak kesempatan bekerja di industri yang relevan dengan kuliah mereka.
Menurut dia, Australia telah memperlakukan mahasiswa asing secara buruk selama pandemi ini, sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah mahasiswa yang mau kuliah di sini.
"Saya terus bertanya-tanya, bagaimana kita bisa mempertahankan (jumlah mahasiswa asing) ini ketika kita menghadapi persaingan global dari Kanada dan Inggris?" tambahnya.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.
Pemerintah Australia telah mencabut batasan jam kerja untuk mahasiswa asing di sektor esensial selama pandemi, namun sejumlah pihak menilai perubahan ini eksploitatif
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Dunia Hari Ini: Sebuah Mobil Tabrak Festival di Kanada, 11 Orang Tewas
- Dunia Hari Ini: Siswa SMA Prancis Ditangkap Setelah Menikam Teman Sekelasnya
- Dunia Hari Ini: Gempa Bumi Berkekuatan 6,2SR Mengguncang Turkiye, 150 Warga Luka-luka