Awalnya 4 Murid, Kini Sudah Lahirkan Puluhan Desainer Papan Atas

Tapi, dasarnya sudah punya keinginan memberdayakan perempuan. Aryani berusaha mewujudkan. Namun, karena tidak ada pengalaman di bidang fashion. Terpaksa dia belajar secara otodidak. Apalagi di masa itu belum ada sekolah fashion berkualitas di Surabaya.
Melihat kesungguhannya belajar fashion, suami dan beberapa teman mulai menyarankan agar Aryani belajar ke Jakarta. Tapi, lagi-lagi karena alasan keluarga dia tidak bisa mengiyakan hal tersebut. Meninggalkan suami dan kedua anak yang masih kecil adalah hal yang sangat berat baginya.
Tapi perempuan yang tetap segar di usia 67 itu tak patah arang. Dia meminta bantuan seorang kenalannya yang bersedia bolak balik ke Surabaya – Jakarta untuk belajar fashion ke salah seorang guru senior.
”Jadi saya membayar orang untuk naik kereta api setiap Jumat ke Jakarta dan kembali ke Surabaya setiap (hari) Minggu. Dari situ saya pelajari apa yang dititipkan guru saya ke dia. Termasuk kalau ada PR, ya saya titipkan ke orang itu. Untungnya guru saya mau mengerti,” jelasnya.
Merasa sudah mendapat banyak ilmu dari gurunya di Jakarta, Aryani akhirnya memilih jalan lain lagi dalam menimba pengetahuan fashionnya. Dia memutuskan belajar fashion lewat korespondensi ke International Corespondence School Pennsylvania, Amerika Serikat.
”Karena saat itu teknologi belum secanggih sekarang. Dimana kalau mau cari informasi ya tinggal klik di Google. Makanya dulu saya bela-belain surat-menyurat. Biar ilmu yang saya dapatkan utuh,” kata perempuan yang hobi membaca tersebut. ”Selain itu, karena kondisi ekonomi yang belum terlalu mapan, tentu berat jika harus mengeluarkan budjet membeli majalah fashion luar negeri. Makanya saya memfotokopi saja,” imbuh Aryani.
Berbekal kemampuan yang sudah dia miliki, pada tahun 1989, saat dia berusia 40 tahun, Aryani memutuskan membentuk sekolah fashion yang dia beri nama Arva School of Fashion. Nama Arva merupakan pemberian sang suami yang artinya dalam bahasa Jerman Kuno adalah Sesuatu yang Agung.
Awalnya hanya ada empat siswa dengan empat bangku saja di sekolah besutan Aryani itu. Namun berjalannya waktu membuktikan bahwa kualitas pengajaran Aryani sangat mumpuni. Lambat laun, sekolahnya mulai kebanjiran murid. Bahkan hingga kini memiliki ribuan alumnus. Beberapa nama desainer lahir dari pola mengajarnya.
Sosok Aryani Widagdo mungkin pengejawantahan dari semangat belajar tak mengenal waktu. Serius menggeluti dunia fashion baru pada usia 40 tahun, tak
- Semana Santa: Syahdu dan Sakral Prosesi Laut Menghantar Tuan Meninu
- Inilah Rangkaian Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Semarak Prosesi Paskah Semana Santa di Kota Reinha Rosari, Larantuka
- Sang Puspa Dunia Hiburan, Diusir saat Demam Malaria, Senantiasa Dekat Penguasa Istana
- Musala Al-Kautsar di Tepi Musi, Destinasi Wisata Religi Warisan Keturunan Wali
- Saat Hati Bhayangkara Sentuh Kalbu Yatim Piatu di Indragiri Hulu